Fakta Menarik Seputar Pemilu Legislatif 2014

Berikut fakta menarik seputar pemilu legislatif 2014 :
- Jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya dari tiap-tiap TPS tidak lebih dari 60 persen bahkan di beberapa TPS kurang dari 50 persen dari total DPT (Daftar Pemilih Tetap).
- Banyak DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang tidak hadir karena berbagai alasan seperti bekerja di daerah lain, sudah menetap di daerah lain, kuliah, menikah dengan orang dari daerah lain, pergi ke luar negeri, data double bahkan masih banyak pemilih yang sudah meninggal sejak lama masih terdaftar.
- Ada beberapa daerah yang mengalami kekeliruan surat suara untuk caleg DPR RI, DPR Propinsi dan DPRD kabupaten dan kota sehingga harus melaksanakan pemilu ulang.
- Banyak pemilih yang tidak mengerti cara mencoblos yang benar, sehingga masih tinggi jumlah suara tidak sah di tiap-tiap TPS.
- Banyak pemilih yang mencoblos gambar partainya dibandingkan dengan nama caleg atau calon anggota DPD. Karena kurang sosialisasi dari petugas KPPS atau KPU setempat.
- Banyak pemilih yang memilih calon anggota DPD karena gambar atau fotonya menarik atau karena kecantikan atau ketampanannya pada saat membuka surat suara, bukan karena kenal atau karena visi dan misi yang brilian.
- Masih ada beberapa oknum calon legislatif yang menggunakan money politic atau politik uang untuk mendapatkan suaranya di berbagai daerah. Ada yang memberikan uang dengan besaran 10 100 ribu, sembako, kompor gas, rokok, dan lain-lain sebelum pelaksanaan pencoblosan.
- Tidak ada sangsi yang berat bagi caleg yang melakukan money politic. Mereka tetap saja dilantik menjadi anggota DPR RI, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD kabupaten atau kota walaupun jelas-jelas melakukan money politic.
- Banyak saksi yang mengeluh karena lamanya proses penghitungan suara yang dianggap tidak sebanding dengan uang yang ia dapatkan dari para caleg atau partai.
- Penghitungan suara caleg di tiap-tiap TPS berlangsung lebih lama dibandingkan dengan pelaksanaan pemilihan Gubernur, Bupati, atau Presiden. Bahkan ada yang sampai hingga hingga keesokan paginya.
Stop Pemberitaan Pelecehan Seksual Anak

Media hanya memikirkan keuntungan bisnis dengan penayangan berita tersebut, karena berita pelecehan seks anak akan menjadi hit sehingga banyak iklan yang didapat, tetapi pernahkan pihak media memahami kondisi psikologis si korban?, pernahkan media memahami para pengajar di sekolah yang terkena dampaknya dengan kejadian ini karena banyak orang tua yang was-was saat anaknya berada di sekolah ?, atau masih banyak pertanyaan-pertanyaan baru lain yang akan muncul.
Media masa di Indonesia bisa menggiring opini masyarakat sehingga berdampak pada sistem pendidikan di sekolah. Kini semakin banyak ibu-ibu atau orang tua yang menunggu anaknya di sekolah karena khawatir anaknya diperlakukan yang tidak-tidak di kelas atau di ruang tertentu oleh karyawan atau pengajar. Apalagi ada beberapa pemberitaan tidak mengaburkan wajah orang tua atau wajah si korban sehingga banyak orang yang akan mengetahuinya.
Saya pernah ngobrol bareng dengan salah satu pentolan Lentera Indonesia yakni Rhesya Agustine, yang mengatakan betapa sulitnya si korban melupakan kejadian pelecehan seks yang pernah dialaminya. Mereka bahkan hanya bisa berdiam diri di kamar selama beberapa hari, tidak mau berbicara dan hanya bisa menangis dan menangis menyesali apa yang telah terjadi.
Korban pelecehan seks, entah itu yang sudah dewasa apalagi anak-anak akan mengalami trauma yang mendalam kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya yang tidak dikenal, bahkan mereka akan menyamaratakan bahwa setiap lelaki atau orang lain akan melalukan hal yang sama terhadap dirinya. Sehingga si korban tidak mau lagi bergaul dengan laki-laki atau orang lain.
Belum lagi ada beberapa korban pelecehan seksual yang beranggapan bahwa apabila kesuciannya telah direnggut oleh orang lain, tentu dia akan berpikir masih adakah laki-laki yang mau sama dia. Masih adakah orang yang peduli dengan dia. Pikiran-pikiran semacam ini akan selalu muncul dan muncul lagi pada korban pelecehan seksual.
Oleh sebab itu saya hanya mampu menggunakan tulisan saya untuk mengatakan Stop Pemberitaan Pelecehan Seksual Anak karena beberapa alasan tadi. Saya mendukung gerakan Lentera Indonesia yang terus memberikan dukungan moral dan spiritual kepada para korban pelecehan seksual di Indonesia. Mereka peduli dengan masa depan korban yang mungkin bisa menjadi seseorang yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan bisa memberikan sesuatu yang terbaik kepada nusa dan bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar