News / Nasional
Selasa, 27 Mei 2014 | 15:32 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menyindir Ibu Negara yang ia nilai tidak punya kegiatan sendiri selain mengikuti semua kegiatan Presiden. Hal ini disampaikannya saat memberikan sambutannya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasdem, Selasa (27/5/2014), di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta.
Megawati mengatakan, saat ayahnya menjadi presiden, ia tak pernah melihat ibunya, Fatmawati, selalu mengikuti kegiatan Soekarno. Menurut dia, ibunya selalu sibuk sendiri dengan kegiatannya sebagai First Lady saat itu. "Makanya, saya heran kalau lihat ibu negara yang kerjanya ngikut terus," ujar Megawati.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga berpesan kepada kader perempuan Nasdem yang hadir pada Rakernas untuk memiliki niat dan kesadaran kerja sendiri dalam berorganisasi. Sebagai perempuan yang terjun ke dunia politik, Megawati mengaku dirinya tidak melalui jalan yang mulus. Ia menyatakan kerap diremehkan sebagai perempuan, bahkan oleh suaminya sendiri, almarhum Taufiq Kiemas. Ia mengatakan, Taufiq pernah meragukan kemampuannya menjadi ketua umum partai.
"Mana mungkin kamu bisa jadi ketua umum. Kamu kan perempuan," ujar Mega menirukan Taufiq.
Namun, Megawati meyakinkan bahwa apa yang diperbuatnya saat ini baik bagi partainya. "Jika ibu-ibu di sini berpikir akan menjadi kader partai yang berhasil dengan pikiran berliku-liku, jangan harap akan berhasil. Cukup satu kata, satu perbuatan," katanya.
Selain itu, Megawati juga meminta kader Nasdem agar mendorong setiap perempuan yang akan maju di dunia politik.
Dawam Rahardjo: Calon Presiden Selain Prabowo Merasa Paling Hebat
Selasa, 27 Mei 2014 | 20:59 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Rektor Universitas Islam 45, Dawam Rahardjo, masuk dalam cendekiawan yang mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Dia mengatakan, sosok Prabowo mewarisi sifat ayahnya yang juga begawan ekonomi, Soemitro Djojohadikusumo.
Dawam menceritakan awal perkenalannya dengan Soemitro saat membaca disertasi Soemitro di Universitas Leiden, Belanda. Saat itu, ia merasa bahwa disertasi tersebut seharusnya diterbitkan dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
"Saya yang memberikan kata pengantar dalam buku itu. Saya mengkritik pemikiran beliau (Soemitro)," kenang Dawam saat memberikan testimoni di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (27/5/2014).
Dawam tak menyangka bila kritiknya tersebut membuat Soemitro mendatangi kantornya. Ketika itu Dawam menjabat sebagai Direktur Lembaga Penelitian Pendidikan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Di situlah awal perkenalan Dawam dan Soemitro. Ia menyebut Soemitro sebagai sosok yang terbuka terhadap kritik. "Saya melihat sikap itu ada pada Prabowo, terbuka terhadap kritik," ujarnya.
Dawam juga menyebut Prabowo memiliki pemikiran yang besar, orisinil, dan revolusioner. Sikap terbuka itu, kata dia, berkebalikan dengan bakal calon presiden lain.
"Di antara calon presiden yang lain, saya melihat tidak terbuka karena merasa dirinya paling hebat. Ini berkebalikan dengan Prabowo. Indonesia ke depan di tangan Prabowo sangat tepat," kata Dawam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar