Kawah api ini berukuran 230 kaki dengan kedalaman 65 kaki.
ddd
Jum'at, 23 Mei 2014, 14:35Siti Sarifah Alia
VIVAnews - Sebuah kawah yang terdapat di gurun Karakum, Turkmenistan ini disebut sebagai pintu ke neraka. Kawah bernama Darvaza ini berukuran besar dan dipenuhi dengan api yang menyala.
Lubang kawah Darvaza berukuran 230 kaki dengan kedalaman 65 kaki. Api selalu berkobar dari dalam lubang tersebut dan menjadi daya tarik wisata di Turkmenistan. Namun begitu, pemerintah setempat memiliki kekhawatiran yang besar dengan penyebaran gas yang keluar dari lubang tersebut.
Kawah Darvaza sejatinya merupakan area bekas eksplorasi energi. Jadi bisa dibilang jika kawah ini adalah buatan manusia. Kawah Darvaza terbentuk pada era 1970-an akibat eksplorasi yang dilakukan para ilmuwan Rusia.
Pada 1971, ketika Turkmenistan masih berada di bawah kekuasaan Soviet, para ilmuwan berniat mengeksplorasi wilayah Karakum yang dideteksi memiliki kandungan minyak. Dibangunlah ladang minyak di wilayah tersebut. Mereka mempersiapkan segalanya untuk mulai melakukan pengeboran.
Rupanya ilmuwan Rusia salah mendeteksi. Alih-alih ingin menemukan minyak, mereka malah menemukan sejumlah besar gas bumi. Ladang tersebut ternyata tidak mampu menampung alat-alat berat yang telah ditempatkan sehingga longsor pun terjadi. Keseluruhan alat berat yang ada ke bawah tanah ikut terperosok ke dalam lubang. Lubang semakin melebar seiring dengan efek domino yang terjadi pada tanah di sekitarnya.
Gas bumi merupakan campuran dari gas hidrokarbon yang didominasi gas metana. Gas metana tidak berbau dan menggantikan oksigen, namun baru akan menghilang ke atmosfir dalam kurun 10 tahun. Para ilmuwan khawatir gas metana akan membuat mahluk sekitar kawah tidak dapat bertahan karena banyaknya gas yang meluap dan menggantikan oksigen, yang berarti tidak baik untuk pernapasan.
Ilmuwan kala itu menganggap, membakar gas metana dalam lubang itu merupakan satu-satunya jalan karena volume gas yang membahayakan. Lagipula ilmuwan memprediksi hanya akan ada 5 persen gas metana yang berpotensi meledak. Namun lagi-lagi prediksi itu salah. Para ilmuwan hanya memprediksi volume gas metana yang ada di atas lubang tapi tidak memprediksi jumlah yang ada di dalamnya. Akhirnya api yang diprediksi akan padam dalam kurun satu minggu tidak pernah padam selama bertahun-tahun.
Sejarah yang dipaparkan Digital Journal, Jumat 23 Mei 2014, menyebutkan bahwa pada 2010 lalu Presiden Turkmenistan, Kurbanguly Berdymukhamedov sempat ingin menutup kawah tersebut karena khawatir gas dan api di dalamnya bisa menjadi ancaman negara.
Lubang kawah Darvaza berukuran 230 kaki dengan kedalaman 65 kaki. Api selalu berkobar dari dalam lubang tersebut dan menjadi daya tarik wisata di Turkmenistan. Namun begitu, pemerintah setempat memiliki kekhawatiran yang besar dengan penyebaran gas yang keluar dari lubang tersebut.
Kawah Darvaza sejatinya merupakan area bekas eksplorasi energi. Jadi bisa dibilang jika kawah ini adalah buatan manusia. Kawah Darvaza terbentuk pada era 1970-an akibat eksplorasi yang dilakukan para ilmuwan Rusia.
Pada 1971, ketika Turkmenistan masih berada di bawah kekuasaan Soviet, para ilmuwan berniat mengeksplorasi wilayah Karakum yang dideteksi memiliki kandungan minyak. Dibangunlah ladang minyak di wilayah tersebut. Mereka mempersiapkan segalanya untuk mulai melakukan pengeboran.
Rupanya ilmuwan Rusia salah mendeteksi. Alih-alih ingin menemukan minyak, mereka malah menemukan sejumlah besar gas bumi. Ladang tersebut ternyata tidak mampu menampung alat-alat berat yang telah ditempatkan sehingga longsor pun terjadi. Keseluruhan alat berat yang ada ke bawah tanah ikut terperosok ke dalam lubang. Lubang semakin melebar seiring dengan efek domino yang terjadi pada tanah di sekitarnya.
Gas bumi merupakan campuran dari gas hidrokarbon yang didominasi gas metana. Gas metana tidak berbau dan menggantikan oksigen, namun baru akan menghilang ke atmosfir dalam kurun 10 tahun. Para ilmuwan khawatir gas metana akan membuat mahluk sekitar kawah tidak dapat bertahan karena banyaknya gas yang meluap dan menggantikan oksigen, yang berarti tidak baik untuk pernapasan.
Ilmuwan kala itu menganggap, membakar gas metana dalam lubang itu merupakan satu-satunya jalan karena volume gas yang membahayakan. Lagipula ilmuwan memprediksi hanya akan ada 5 persen gas metana yang berpotensi meledak. Namun lagi-lagi prediksi itu salah. Para ilmuwan hanya memprediksi volume gas metana yang ada di atas lubang tapi tidak memprediksi jumlah yang ada di dalamnya. Akhirnya api yang diprediksi akan padam dalam kurun satu minggu tidak pernah padam selama bertahun-tahun.
Sejarah yang dipaparkan Digital Journal, Jumat 23 Mei 2014, menyebutkan bahwa pada 2010 lalu Presiden Turkmenistan, Kurbanguly Berdymukhamedov sempat ingin menutup kawah tersebut karena khawatir gas dan api di dalamnya bisa menjadi ancaman negara.
Hingga saat ini pemerintah masih mencari cara untuk menutup kawah itu. Turkmenistan masih berharap bisa menemukan minyak di wilayah tersebut namun masih takut akan potensi kandungan gas bumi yang ada. Pemerintah takut akan terbentuk lubang yang sama seperti Karakum di wilayah lain sehingga mereka berniat untuk menghentikan kobaran api dan menimbun gas alam yang ada.
Sayangnya pemerintah Turkmenistan masih dilema dengan penutupan ini karena Kawah Darvaza menarik minat turis asing untuk berkunjung ke Turkmenistan. (umi)
Sayangnya pemerintah Turkmenistan masih dilema dengan penutupan ini karena Kawah Darvaza menarik minat turis asing untuk berkunjung ke Turkmenistan. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar