— David Weir berusia delapan tahun saat pertama kali menginjakkan kaki di kapal. Saat ini, ia berusia 62 tahun dan sudah lupa kapan terakhir kali menginjak daratan.
Meskipun kapalnya merapat di Dunwich di Pulau North Stradbroke di negara bagian Queensland, David dan istrinya, Linda, bisa dibilang hidup secara berlayar di kapal mereka. Minat David terhadap kapal berawal di Irlandia saat dia kanak-kanak, tetapi ketika pindah ke Australia hal itu menjadi pilihan hidup.
"Saya ingat ketika saya tinggal di Irlandia, kami punya kapal kecil dengan motor camar Inggris di bagian belakangnya. Saya berusia delapan tahun dan kami sering menghabiskan waktu di teluk dekat Belfast," katanya.
"Ketika saya datang ke Australia tahun 1970, seorang teman sedang membuat kapal pesiar kecil. Saya membantunya siang malam dan pada akhir pekan," ujar David. "Dia memperkenalkan saya pada dunia layar dan saat itu saya jatuh cinta dengan dunia pesiar."
Sekarang, kecintaan David pada laut makin kencang dan bahkan menular pada istrinya, Linda. Lindalah yang secara mengejutkan mengusulkan mereka untuk mengubah gaya hidup mereka menjadi pelayar.
"Kami dulunya sering membeli rumah tua, merenovasi, kemudian menjualnya. Kami baru selesai merenovasi sebuah rumah dan Linda mengatakan, 'kenapa kita tidak tinggal di kapal saja untuk menghemat biaya sewa'," tutur David tentang awal mula petualangan mereka di laut.
Awalnya, mereka ragu-ragu, tetapi kini mereka tidak berpikir untuk kembali (ke darat). "Hidup berlayar adalah sebuah rekreasi dan selalu menyenangkan. Awalnya liburan, akhir pekan, dan tiba-tiba kami sudah tinggal di kapal sepenuhnya. Saya pikir ini akan membuat kesenangan berkurang," katanya.
Namun, ternyata tidak. "Kebebasan berada di laut lepas, berlayar pada hari yang indah, benar-benar membuat rileks," ujarnya.
Pasangan ini awalnya tinggal di Pantai Manly, menjual rumah dan perabotan mereka untuk pindah ke kapal sejak 14 tahun lalu, beserta anak bungsunya yang saat itu masih tinggal bersama mereka.
Linda mengatakan, "memindahkan" hidup mereka ke laut tidaklah seberat yang dibayangkan. Mereka memberikan furnitur ke anak-anak mereka. Linda mengatakan, mereka hanya membawa barang-barang secukupnya untuk bekal hidup di kapal.
"Barang-barang secara material tidak penting buat saya, kualitas hidup lebih utama," tuturnya.
Dia menambahkan, mereka bahagia meninggalkan daratan. Tidak ada yang berubah, kecuali bahwa mereka kini tidak perlu memotong rumput di halaman.
Pandangan 360 derajat ke laut lepas tentunya spektakuler, tetapi hidup di lautan juga membawa tantangan tersendiri bagi pasangan ini. "Kami mengalami badai, harus memastikan bahwa kami sudah menutup geladak, mempunyai cukup jangkar, dan kita terus berlayar," ujar David, yang menambahkan bahwa pengalaman bisa sangat menakutkan saat cuaca tidak bersahabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar