http://www.merdeka.com/peristiwa/perang-urat-saraf-risma-dan-wisnoe-jelang-penutupan-dolly/risma-kalau-niatnya-baik-allah-akan-bantu-penutupan-dolly.html
Merdeka.com - Lokalisasi Gang Dolly di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, rencananya bakal ditutup pada 19 Juni nanti, tepatnya menjelang Ramadhan 2014. Eksekutor penutupan lokalisasi yang disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara, itu adalah Pemkot Surabaya.
Namun hari-hari menjelang penutupan Dolly, di Surabaya sudah terjadi pro dan kontra. Paling mencolok adalah 'perang urat saraf' antara Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Wakilnya Whisnu Sakti Buana. Rima berkukuh menutup Dolly, sementara Whisnu melontarkan wacana menolak penutupan itu.
Terakhir, setelah Whisnu melontarkan penolakan dan mengatakan bakal mengerahkan kaderPDIP menolak eksekusi Dolly, Risma malah didatangi tamu para tokoh agama di Jawa Timur. Mereka mendukung rencana Risma menutup lokalisasi itu.
Berikut ini "perang urat saraf" antara Risma dan Whisnu hari-hari jelang penutupan Dolly:
.
Risma target tutup Dolly jelang Ramadhan 2014
Figure terkait
Merdeka.com - Target waktu penutupan Gang Dolly sebelum Ramadhan dilontarkan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharinipada akhir tahun lalu, dan kembali ditegaskan pada April 2014.
"Bulan puasa nanti, di Surabaya harus sudah tidak ada tempat seperti itu (lokalisasi), pokoknya kita dorong terus agar tepat waktu," tegas wali kota yang diusung PDIP tersebut pada
Agar program penutupan Dolly mulus dan tepat waktu, Risma koordinasi secara intens dengan Kementerian Sosial (Kemensos). Dia mengakui menutup lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu bukan perkara mudah lantaran harus memikirkan dampak dari segi ekonomis.
Kendala dari penutupan Gang Dolly dan Jarak sendiri, karena jumlah PSK-nya lebih banyak dari lokalisasi-lokalisasi lain yang sudah ditutup. Selain itu, ada pertimbangan sistem sosial cukup kompleks di lokalisasi itu.
"Bulan puasa nanti, di Surabaya harus sudah tidak ada tempat seperti itu (lokalisasi), pokoknya kita dorong terus agar tepat waktu," tegas wali kota yang diusung PDIP tersebut pada
Agar program penutupan Dolly mulus dan tepat waktu, Risma koordinasi secara intens dengan Kementerian Sosial (Kemensos). Dia mengakui menutup lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu bukan perkara mudah lantaran harus memikirkan dampak dari segi ekonomis.
Kendala dari penutupan Gang Dolly dan Jarak sendiri, karena jumlah PSK-nya lebih banyak dari lokalisasi-lokalisasi lain yang sudah ditutup. Selain itu, ada pertimbangan sistem sosial cukup kompleks di lokalisasi itu.
Merdeka.com - Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana menolak rencana penutupan lokalisasi Gang Dolly. Menurut dia penutupan wilayah lokalisasi yang melegenda di Kota Pahlawan ini akan berdampak pada persoalan ekonomi masyarakat sekitarnya.
Selama ini, kata dia, masyarakat sekitar banyak menggantungkan hidup dari riuh-nya gemerlap lokalisasi, mulai buruh cuci, pemilik warung, pengayuh becak, sopir taksi, hingga juru parkir. Jika pada 19 Juni mendatang, Pemkot Surabaya tetap melaksanakan niatnya, maka akan merugikan warga sekitar.
Untuk itu, Whisnu yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, itu meminta Risma segera mengkaji ulang penutupan Gang Dolly dan Jarak.
"Seharusnya pemkot bermusyawarah dulu dengan warga setempat jauh hari sebelum penutupan. Pemkot juga harus menawarkan konsep jelas agar diterima masyarakat sekitar," ujarnya, Selasa (13/5).
Uang pesangon yang dijanjikan Pemkot Surabaya untuk mucikari dan Pekerja Seks Komersial (PSK), menurut Whisnu kurang efektif. Sebab, pesangon itu bukan solusi.
Selama ini, kata dia, masyarakat sekitar banyak menggantungkan hidup dari riuh-nya gemerlap lokalisasi, mulai buruh cuci, pemilik warung, pengayuh becak, sopir taksi, hingga juru parkir. Jika pada 19 Juni mendatang, Pemkot Surabaya tetap melaksanakan niatnya, maka akan merugikan warga sekitar.
Untuk itu, Whisnu yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, itu meminta Risma segera mengkaji ulang penutupan Gang Dolly dan Jarak.
"Seharusnya pemkot bermusyawarah dulu dengan warga setempat jauh hari sebelum penutupan. Pemkot juga harus menawarkan konsep jelas agar diterima masyarakat sekitar," ujarnya, Selasa (13/5).
Uang pesangon yang dijanjikan Pemkot Surabaya untuk mucikari dan Pekerja Seks Komersial (PSK), menurut Whisnu kurang efektif. Sebab, pesangon itu bukan solusi.
Whisnu Sakti Buana bahkan memberi sinyal bakal mengerahkan kader-kader PDI Perjuangan (PDIP) menolak rencana penutupan Gang Dolly itu. "Ya tentunya kader-kader PDIP juga akan ikut bergerak," kata Whisnu menegaskan.
Wakil wali kota yang baru dilantik menggantikan Bambang DH itu menggarisbawahi, sebenarnya tanggung jawab Pemkot Surabaya itu menjamin kelangsungan pendapatan warganya. Kalau Dolly ditutup, dia mengimbuhkan, terus warga dapat penghasilan dari mana?
"Mereka yang selama ini berjualan rokok, buruh cuci dan atau yang lain, terus mencari nafkah dari mana kalau tempat mereka cari uang ditutup. Harus ada jaminan penghasilan. Jadi tidak perlu ditutup, tapi hanya dibatasi jumlahnya saja," tegas dia.
Tak hanya itu, Whisnu meminta pemkot memberi jaminan market kepada para mucikari dan PSK yang telah menerima pelatihan keterampilan.
"Artinya, kalau ada PSK yang sudah pandai dalam memasak, karena mendapat pelatihan dari pemkot, maka harus ada jaminan kalau dagangan mereka laku, saat para PSK ini membuka warung makanan, setelah keluar dari lokalisasi," katanya mengumpamakan.
Wakil wali kota yang baru dilantik menggantikan Bambang DH itu menggarisbawahi, sebenarnya tanggung jawab Pemkot Surabaya itu menjamin kelangsungan pendapatan warganya. Kalau Dolly ditutup, dia mengimbuhkan, terus warga dapat penghasilan dari mana?
"Mereka yang selama ini berjualan rokok, buruh cuci dan atau yang lain, terus mencari nafkah dari mana kalau tempat mereka cari uang ditutup. Harus ada jaminan penghasilan. Jadi tidak perlu ditutup, tapi hanya dibatasi jumlahnya saja," tegas dia.
Tak hanya itu, Whisnu meminta pemkot memberi jaminan market kepada para mucikari dan PSK yang telah menerima pelatihan keterampilan.
"Artinya, kalau ada PSK yang sudah pandai dalam memasak, karena mendapat pelatihan dari pemkot, maka harus ada jaminan kalau dagangan mereka laku, saat para PSK ini membuka warung makanan, setelah keluar dari lokalisasi," katanya mengumpamakan.
Merdeka.com - Setelah Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana melontarkan penolakan penutupan Dolly, sebanyak 58 Ormas Islam yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jawa Timur, mendatangi Tri Rismaharini ke Balai Kota Surabaya, Rabu (14/5).
Di bawah komando Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, mereka mendukung rencana Risma menutup Dolly, dan siap memback-up penuh rencana penutupan lokalisasi itu.
"Pokoknya kita berada di belakang Ibu Risma. Pada intinya, 58 Ormas Islam di Jawa Timur tetap mendukung rencana wali kota menutup tempat tempat prostitusi, khususnya Gang Dolly pada 19 Juni atau 10 hari sebelum bulan Ramadhan tahun ini. Kami harap tidak ada perubahan," terang Sekretaris MUI Jawa Timur, M Yunus di balai kota.
Di bawah komando Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, mereka mendukung rencana Risma menutup Dolly, dan siap memback-up penuh rencana penutupan lokalisasi itu.
"Pokoknya kita berada di belakang Ibu Risma. Pada intinya, 58 Ormas Islam di Jawa Timur tetap mendukung rencana wali kota menutup tempat tempat prostitusi, khususnya Gang Dolly pada 19 Juni atau 10 hari sebelum bulan Ramadhan tahun ini. Kami harap tidak ada perubahan," terang Sekretaris MUI Jawa Timur, M Yunus di balai kota.
Salah satu anggota Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB), Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur menyebut Risma sebagai 'singa betina' karena keberaniannya menutup seluruh lokalisasi yang ada di Kota Pahlawan, khususnya Gang Dolly dan Jarak.
Hal itu disampaikan Ketua FPI Jawa Timur bagian Nahi Mungkar, KH Muhammad Dhofir saat ikut sowan menemui Risma di kantornya, bersama Ormas Islam lainnya yang juga anggota GUIB dan MUI Jawa Timur, Rabu (14/5).
Pertemuan antara Risma dan GUIB yang dikomandoi oleh MUI Jawa Timur itu, terkait pernyataan Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana yang menyatakan ketidaksepakatannya atas penutupan Gang Dolly dan Jarak. Bahkan, mereka (GUIB dan MUI Jatim) mengutuk keras pihak tertentu yang membonceng penutupan lokalisasi untuk kepentingan politik.
"Seluruh umat Islam, Bismillah siap berjuang dengan elemen lain untuk memback-up ibu wali kota menutup Dolly," tegas Kiai Dhofir di hadapan Risma.
Hal itu disampaikan Ketua FPI Jawa Timur bagian Nahi Mungkar, KH Muhammad Dhofir saat ikut sowan menemui Risma di kantornya, bersama Ormas Islam lainnya yang juga anggota GUIB dan MUI Jawa Timur, Rabu (14/5).
Pertemuan antara Risma dan GUIB yang dikomandoi oleh MUI Jawa Timur itu, terkait pernyataan Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana yang menyatakan ketidaksepakatannya atas penutupan Gang Dolly dan Jarak. Bahkan, mereka (GUIB dan MUI Jatim) mengutuk keras pihak tertentu yang membonceng penutupan lokalisasi untuk kepentingan politik.
"Seluruh umat Islam, Bismillah siap berjuang dengan elemen lain untuk memback-up ibu wali kota menutup Dolly," tegas Kiai Dhofir di hadapan Risma.
Selain itu MUI dan GUIB, juga menyatakan penyesalannya atas sikap dan serangkaian pernyataan kontraproduktif Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana yang menolak kebijakan wali kota menutup tempat-tempat prostitusi di Kota Pahlawan sesuai kesepakatan dengan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo.
Seperti dikatakan Ketua FPI Jawa Timur bagian Nahi Mungkar, KH Muhammad Dhofir. Kiai asal Madura ini juga menyatakan keterkejutannya saat mendengar adanya pihak-pihak tertentu yang menentang penutupan Gang Dolly, terlebih lagi, penolakan itu juga datang dari Whisnu, yang notabenenya sebagai wakil wali kota, yang mestinya mendukung sepenuhnya kebijakan wali kota-nya.
Seperti dikatakan Ketua FPI Jawa Timur bagian Nahi Mungkar, KH Muhammad Dhofir. Kiai asal Madura ini juga menyatakan keterkejutannya saat mendengar adanya pihak-pihak tertentu yang menentang penutupan Gang Dolly, terlebih lagi, penolakan itu juga datang dari Whisnu, yang notabenenya sebagai wakil wali kota, yang mestinya mendukung sepenuhnya kebijakan wali kota-nya.
Terkait dengan rencana penutupan lokalisasi Gang Dolly, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan tidak ingin ada benturan (fisik) saat penutupan nanti. Dia ingin penertiban berjalan kondusif dan bisa diselesaikan dengan damai.
Oleh sebab itu, Risma meminta organisasi masyarakat Gabungan Umat Islam Bersatu (GUIB) yang menemuinya ke balai kota, tidak bergerak dulu. Demikian dikatakan Risma, seperti dalam siaran pers yang dikirim Humas Pemkot Surabaya, Rabu (14/5).
"Saya tidak ingin ada gesekan, saya harus bisa menjaga kondusifitas Surabaya. Saya yakin panjenengan niatnya baik. Jadi saya mohon didoakan supaya kami kuat. Kami mohon diberikan kesempatan untuk menyelesaikannya dulu. Saya yakin, kalau kita niatnya baik, Insya Allah, Allah akan membantu," ujar Risma.
Oleh sebab itu, Risma meminta organisasi masyarakat Gabungan Umat Islam Bersatu (GUIB) yang menemuinya ke balai kota, tidak bergerak dulu. Demikian dikatakan Risma, seperti dalam siaran pers yang dikirim Humas Pemkot Surabaya, Rabu (14/5).
"Saya tidak ingin ada gesekan, saya harus bisa menjaga kondusifitas Surabaya. Saya yakin panjenengan niatnya baik. Jadi saya mohon didoakan supaya kami kuat. Kami mohon diberikan kesempatan untuk menyelesaikannya dulu. Saya yakin, kalau kita niatnya baik, Insya Allah, Allah akan membantu," ujar Risma.
Baca juga:
Legislator Bali ingatkan Pemerintah soal penutupan Dolly
Mengintip lokalisasi Surabaya usai ditutup Risma
Soekarwo siap beri mucikari Gang Dolly Rp 5 juta buat modal
Risma: Ada yang jadi PSK bertahun-tahun, tetap terlilit utang
4 Cara Risma sulap lokalisasi Dolly jadi pusat bisnis
Ini wajah baru Gang Dolly yang diimpikan Risma
Legislator Bali ingatkan Pemerintah soal penutupan Dolly
Mengintip lokalisasi Surabaya usai ditutup Risma
Soekarwo siap beri mucikari Gang Dolly Rp 5 juta buat modal
Risma: Ada yang jadi PSK bertahun-tahun, tetap terlilit utang
4 Cara Risma sulap lokalisasi Dolly jadi pusat bisnis
Ini wajah baru Gang Dolly yang diimpikan Risma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar