Widyaretna Buenastuti
Tak pernah menggunakan barang palsu merupakan prinsip hidup dari Public Affairs & Communications Director PT Pfizer Indonesia, Widyaretna Buenastuti. Seluruh barang yang dipakainya kini pun merupakan produk asli (orisinal). Namun, apa yang dikenakannya saat ini lebih banyak barang yang tidak bermerek.
Menurut perempuan yang akrab disapa Widya ini, anti-menggunakan barang palsu dilakukannya bukan tanpa sebab atau sekedar mengikuti gengsi. Pasalnya, maraknya peredaran barang palsu, atau juga dikenal dengan istilah KW (singkatan dari kata kualitas), di masyarakat Indonesia semakin memprihatinkan.
Hal tersebut tidak hanya merugikan perusahaan pemegang lisensi dan industri nasional, tapi juga masyarakat. Contohnya, kasus pemalsuan pada obat-obatan yang pembuatannya tidak sesuai dengan standar. Padahal, harga yang ditawarkan oleh produsen obat palsu tidak jauh berbeda dengan yang orisinal.
"Obat palsu malah menjadi racun bagi penggunannya. Akhirnya, bukan sembuh yang didapat, tapi malah berujung pada kematian," ungkap ibu tiga anak ini di Jakarta.
Menurut Widya, hingga saat ini, pemalsuan di Tanah Air masih marak dilakukan dan semakin memprihatinkan. Hal tersebut ditambah lagi oleh perilaku konsumen yang lebih berorientasi pada harga murah dan kesadaran masyarakat terhadap hak cipta masih rendah.
Di sisi lain, kondisi di Indonesia juga sangat memungkinkan para pemalsu untuk beroperasi dengan leluasa. Misalnya, karena penegakan hukum yang masih lemah. Ditambah lagi, murahnya proses produksi yang relatif murah di Indonesia. Hal itu diperparah dengan tidak banyaknya elemen dari masyarakat maupun pemerintah yang peduli terhadap pemalsuan di Tanah Air. Tak heran, apabila banyak yang menilai bahwa Indonesia menjadi surga bagi para pemalsu.
Untuk itu, ia pun mengajak para seniornya dan beberapa temannya untuk mendirikan Masyarakat Indonesia Anti-Pemalsuan (MIAP) pada 2003. Hal tersebut dilakukannya seusai dirinya bergabung dengan Pfizer. Kala itu, MIAP masih diketuai oleh Bambang Sumaryanto, yang saat ini bekerja di PT P&G Indonesia. Namun, pada 2008, akhirnya, ia dipercaya menempati posisi ketua umum MIAP.
"Ketika itu, yang ada di pikiran saya, jika tidak ada yang bergerak atau cuap-cuap (melawan pemalsuan, Red), bagaimana anak saya ke depannya. Saya selalu melihat apa yang saya kerjakan itu untuk anak-anak karena mereka adalah masa depan saya," jelas istri dari Bondan D Legowo ini.
Menurutnya, seorang ibu bukan hanya bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang baik untuk anak-anak. Tapi, ibu sebaiknya juga memberikan contoh yang dapat dibanggakan oleh anak-anaknya. Hal tersebut dilakukannya karena kesadaran pada anak-anak terhadap sesuatu itu perlu dibangun dan ditanamkan sejak kecil.
Karena upaya yang dilakukannya itu, Widya menilai saat ini anak-anaknya sudah mulai peduli dengan berbagai hal kecil. "Saya percaya kalau mendisiplinkan dari awal pasti akan tertanam sampai dewasa. Saat ini saja, anak-aank saya selalu bertanya setiap obat yang saya beli untuk mereka. Misalnya, beli di mana dan lainnya," ujarnya.
Perjalanan Karier
Widya mengaku, perjalanan kariernya berjalan lurus dan lancar-lancar saja. Setelah lulus kuliah dari fakultas hukum di Universitas Indonesia, ia sempat bergabung dengan law firm sebagai praktisi hukum selama enam tahun. Setelah itu, Widya bergabung dengan PT Pfizer Indonesia dan hingga kini telah 12 tahun mengabdi.
Widya mengaku, perjalanan kariernya berjalan lurus dan lancar-lancar saja. Setelah lulus kuliah dari fakultas hukum di Universitas Indonesia, ia sempat bergabung dengan law firm sebagai praktisi hukum selama enam tahun. Setelah itu, Widya bergabung dengan PT Pfizer Indonesia dan hingga kini telah 12 tahun mengabdi.
Ia mengatakan, awal masuk di perusahaan tempatnya bekerja saat ini sempat menduduki jabatan sebagai legal manager. Baru pada 2011, Widya dipindah ke divisi kehumasan (public affair and communication) hingga sekarang. Untuk pindah ke divisi public affair and communication, ia mengaku mesti melalui tahapan proses perekrutan layaknya para pencari kerja dari luar perusahaan. Hingga pada akhirnya, Widya dipercaya perusahannya untuk menempati posisinya saat ini.
"Jadi, saat itu, saya menjalani untuk proses recruitment, walau orang Pfizer. Setelah itu, saya masuk dan terjun, serta belajar bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat," pungkas Widya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar