Sabtu, 14 Juni 2014

Belajar Hidup Bersahabat dengan Waktu

http://sinarharapan.co/sehat/read/140403112/belajar-hidup-bersahabat-dengan-waktu-

Belajar Hidup Bersahabat dengan Waktu

Share
shutterstock /
Fleksibel menerapkan perspektif "waktu jarum jam" dan "waktu alam" akan mengurangi stres dan konflik
Untuk sebagian dari kita, kehidupan diatur sesuai jarum jam pada penunjuk waktu yang dengan metodenya ia mengatur permulaan dan akhir dari aktivitas kita.
 
Sebagian orang lain cenderung justru mengizinkan momen peristiwa yang mendikte durasinya, dan mereka mengabaikan distraksi dari jarum jam yang terus berjalan. Untuk mereka, peristiwa-peristiwa dimulai dan berakhir pada saat--oleh kesepakatan bersama—para partisipan memutuskan bahwa waktunya sudah tepat untuk bergerak bersama. 
 
Nah sering kali ketidakharmonisan muncul saat  kita terjebak di tengah-tengah, antara  “jarum jam pada penunjuk waktu” dan “waktu alam”. 
 
Beberapa peristiwa menuntut pengaturan yang ketat dari waktu, sementara peristiwa lainnya mengalir secara lebih alami.
 
Pengetahuan tentang perspektif waktu ini akan menempatkan kita lebih bijak dalam memegang kendali—untuk memutuskan model waktu yang mana yang terbaik dan kapan model itu bisa diterapkan.
 
Si pengamat jarum jam
Secara kaku memegang satu perspektif tak akan memberi manfaat kepada siapa pun. Misalnya mengenai rasa lapar: mengizinkan waktu untuk menentukan kapan kita makan dan mengabaikan sinyal yang diberikan oleh tubuh kita hanya akan mengusik alam dan berujung pada kelebihan atau malah kurang makan. 
 
Penganut “waktu menurut  jarum jam” cenderung kurang fleksibel dalam hal membuat jadwal—dia hanya bisa fokus pada satu aktivitas di satu waktu, yang mungkin bermanfaat tapi sering tidak realistis. Di bawah tekanan tenggat waktu, individu tipe ini akan terpuruk di tengah banyak tugas hingga kehilangan kemampuan untuk fokus, bertindak rasional, dan yang terburuk, berpikir kreatif. 
 
Individu model ini membiarkan jadwal yang mengatur mereka, menjadi korban dari hidup yang monoton. Mereka yang 'menikah' dengan efisiensi akan mengembangkan hal-hal rutin yang menjadi kebiasaan, hidup dalam disiplin yang kaku, sambil menanti kejadian penting lainnya.
 
Bagi mererka, waktu yang tidak diisi adalah waktu yang terbuang. Sedangkan mereka yang mengalir bersama waktu, akan memandangnya dengan cara yang berbeda. 

Si penganut waktu alam
Di pihak lain, individu penganut waktu alam, tak terlalu peduli dengan jadwal waktu yang ketat, dicirikan sebagai orang dengan “keterlibatan yang kuat”.
 
Mereka menekankan pada merampungkan transaksi atau hubungan manusiawi ketimbang mengurusi jadwal.
 
Sebagai contoh, dua orang dari Tandag (kota pesisir di Filipina) yang sedang bercakap-cakap dengan serius akan memilih terlambat datang ke janji pertemuan berikut yang harus mereka hadiri, ketimbang memutuskan pembicaraan. 
 
Individu penganut  “waktu jarum jam” dan “waktu alam” sering kali tidak bisa sepaham. Hubungan di tempat kerja sering menjadi masalah oleh kedua model individu yang berlawanan ini, demikian halnya dalam pernikahan dan persahabatan.
 
Memahami pendekatan waktu yang berbeda ini akan membuat kita belajar menerima dan memperbaiki hubungan dan juga hal-hal yang rutin.  
 
Saran: cobalah untuk  hidup berdampingan dan menghargai perspektif waktu orang lain. Pilihan terbaik, jangan biarkan jarum jam mengendalikan hidup Anda, sebaliknya, gunakanlah waktu dengan efektif. 


Sumber : Mindbodygreen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar