5 Cara Sederhana untuk Meredakan Kecemasan
Tidak bisa mengambil keputusan, meragukan diri sendiri, takut gagal adalah bagian dari kecemasan.
Tahukah Anda kalau gangguan kecemasan telah menjadi penyakit kejiwaan
yang paling umum terjadi di Amerika, memengaruhi 40 juta orang usia 18
tahun ke atas. Ini berarti kurang lebih 18 persen dari populasi di sana,
seperti diungkapkan Anxiety and Depression Association Of America. Mengejutkan memang, mengingat Amerika adalah salah satu negara terkaya dan modern di dunia.
Namun sebenarnya kecemasan telah menjadi pergumulan yang sangat berat
bagi banyak orang. Tidak bisa mengambil keputusan, meragukan diri
sendiri, takut gagal adalah bagian dari kecemasan. Kabar baiknya, semua
orang bisa mengatasi dan meredakan kecemasan ini. Inilah tips untuk
membantu Anda menjalani hidup dengan lebih tenang:
Kurangi konsumsi kopi
Ya, memang tidak mengenakkan jika harus membatasi kenikmatan minum kopi, tapi kopi adalah hal nomor satu yang bisa memperburuk perasaan kecemasan dan kekhawatiran yang Anda alami sehari-hari.
Ya, memang tidak mengenakkan jika harus membatasi kenikmatan minum kopi, tapi kopi adalah hal nomor satu yang bisa memperburuk perasaan kecemasan dan kekhawatiran yang Anda alami sehari-hari.
Mengurangi hingga hanya satu cangkir kopi sehari dan tidak minum sama
sekali akan sangat membantu Anda merasa lebih tenang, rileks, dan tidak
gelisah. Sebagai pengganti yang tak kalah nikmat, cobalah teh herbal.
Hindari (kelebihan) gula dan karbohidrat yang direfinasi
Gula dan “karbohidrat putih” bisa membuat gula darah Anda naik turun. Anda akan mengalami kelegaan sesaat, lalu diikuti dengan perasaan cemas dan marah.
Gula dan “karbohidrat putih” bisa membuat gula darah Anda naik turun. Anda akan mengalami kelegaan sesaat, lalu diikuti dengan perasaan cemas dan marah.
Gula sangat bersifat adiktif, dan tidak mudah untuk melenyapkan
kebiasaan mengonsumsi gula. Menyeimbangkan gula darah adalah kunci untuk
memertahankan pikiran yang tenang, jernih, dan tabah.
Stop membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain
Terus-menerus membandingkan diri sendiri dengan orang lain akan mencegah Anda merasa baik tentang diri Anda.
Terus-menerus membandingkan diri sendiri dengan orang lain akan mencegah Anda merasa baik tentang diri Anda.
Apa yang Anda lihat dari luar bisa menyesatkan dan tidak mencerminkan
secara akurat kehidupan dan ketenangan emosional dari orang-orang
tersebut dalam kenyataan yang sebenarnya.
Membanding-bandingkan diri sendiri ini bersumber dari sikap
membandingkan kenyataan hidup Anda dengan ilusi impian yang Anda
ciptakan tentang kehidupan orang lain. Sungguh sikap yang tidak adil dan
tidak membuat Anda bahagia atau bisa membuat keputusan yang lebih baik.
Hal ini pun bisa menyeret Anda ke sikap menyalahkan diri sendiri dan
meyakini bahwa Anda hanyalah pecundang. Akibatnya, Anda akan merasa tak
berdaya untuk menciptakan hidup yang Anda cintai dan impikan.
Jadi, fokuslah pada diri Anda sendiri, proses hidup Anda sendiri, dan apa yang menurut Anda baik.
Evaluasi ulang harapan-harapan Anda
Apakah Anda lalu menjadi yang tak berharga karena pinggul Anda besar dan perut Anda tak rata? Apakah Anda sungguh orang yang gagal karena Anda tak berhasil mendapatkan pekerjaan itu dua tahun lalu? Apakah Anda sungguh-sungguh tak pantas dikasihi dan diperhatikan?
Apakah Anda lalu menjadi yang tak berharga karena pinggul Anda besar dan perut Anda tak rata? Apakah Anda sungguh orang yang gagal karena Anda tak berhasil mendapatkan pekerjaan itu dua tahun lalu? Apakah Anda sungguh-sungguh tak pantas dikasihi dan diperhatikan?
Mengatakan kepada diri sendiri bahwa Anda adalah orang yang pantas hanya
jika Anda sempurna akan menciptakan harapan-harapan yang Anda sendiri
tak mampu memenuhinya.
Anda akan merasa tertinggal, tidak siap, tidak cukup baik. Tak ada yang
dapat membuat kecemasan seperti yang dilakukan oleh perasaan bahwa apa
yang sangat Anda inginkan ada di luar jangkauan Anda.
Selalu menjaga kesadaran
Kesadaran adalah dasar dari seni merasa dan mengalami dan
bukannya menilai atau menghakimi. Berhati-hati dengan pikiran dan
perasaan membutuhkan latihan dan kesabaran.
Kebanyakan dari kita tidak sungguh-sungguh in tune dengan apa yang terjadi untuk kita, karena perhatian kita terus terfokus pada persepsi pihak eksternal.
Biasakanlah kembali kepada kedalaman diri sendiri setiap hari, dan
mengobservasi diri sendiri tanpa rasa menghakimi. Ajukan pertanyaan
sederhana ini kepada diri sendiri: “Bagaimana perasaanku sekarang?” “Apa yang dirasakan tubuhku hari ini?”.
Caroline Zwick
Sumber : Mindbodygreen.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar