Minggu, 29 Juni 2014

Model Rp 25 Juta

http://surabayapagi.com/index.php?read~Model-Rp-25-Juta;3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812982962f52116bb13243e10e6cfc947c2fc6c05


SURABAYA (Surabaya Pagi) – Terbongkarnya bisnis esek-esek yang dilakukan dua germo belia Rabu (25/6/2014) kemarin, masih menyisakan banyak pekerjaan rumah untuk Polisi dan pemerintah kota Surabaya. Bisnis esek-esek ini sendiri dibongkar di salah satu hotel medium (budget) di Surabaya, dan diyakini ekses ditutupnya lokalisasi Gang Dolly dan Jarak. Bahkan, beberapa hotel short time hingga hotel budget seperti Hotel Maumu dan Hotel 88 Surabaya secara terang-terangan dengan bebas menerima pasangan pria dan wanita untuk check in. Berikut penelusuran tim Surabaya Pagi paska terbongkarnya praktik bisnis esek-esek oleh germo belia di Surabaya.

Seperti pengakuan salah seorang karyawan Hotel 88 di Jalan Embong Malang yang ditemui Surabaya Pagi. Menurut karyawan hotel, selama hotel ini berdiri hingga kini tidak pernah di razia. “Kalau kesini jangan khawatir mas, mana mungkin disini ada razia. Jadi bebas check in bawa wanita kesini," terang salah satu karyawan cleaning service hotel 88, Kamis (26/6/2014).

Bahakan, dia mengatakan hotel ini juga ramai dan sering penuh, “Hingga dinihari, hotel selalu ramai, ada yang check in jam segitu dengan pasangannya. Biasanya yah orang-orang keturunan yang bawa wanita kesini. Gak tau itu pacare ato cewe panggilane. Tapi pancen ayu-ayu wedhokane,” terangnya antusias.

Sementara itu, salah seorang pelanggan hotel 88 berinisial AN, mengatakan lebih aman check in di hotel-hotel budget seperti ini karena aman. “Enak disini khan ketimbang di hotel ecek-ecek. Masalae aman, dan gak mungkin digrebek. Naahh… biasanya aku kencan pulang dari diskotik, langsung ajak purel cek-in disini (hotel 88, red)! Aman, bos!!," terang AN, tertawa seolah-olah tak perlu khawatir.
AN menambahkan, disana itu tidak ribet seperti di hotel-hotel lainnya, seperti menunjukkan tanda pengenal atau menunjukkan surat nikah.

Sama halnya seperti hotel 88, di hotel Maumu Jalan Walikota Mustajab yang pernah diketahui adanya dugaan praktik prostitusi terselubung, juga bisa secara bebas menjadi tempat untuk dilakukannya bisnis esek-esek.

"Disini bukan hotel melati mas, kalau disini aman tidak mungkin ada razia," ungkap salah satu karyawan Hotel Maumu, sebut saja namanya NX. Selain dirasa aman, hotel Maumu juga memiliki harga yang cukup terjangkau. Hotel yang satu gedung dengan karaoke keluarga NAV ini, membuka harga kamar mulai dari kelas Superior harga Rp.375.000, Deluxe Rp. 425.000, hingga paling mahal kelas business Rp. 650.000.

Bahkan Surabaya Pagi sempat memergoki ada pasangan muda-mudi yang cek in di hotel Maumu pukul 11.00 siang Kamis (26/6/2014) kemarin dan kedua pria-wanita itu keluar dari hotel pukul 15.00 sore.

Memang tak dipungkiri Hotel Maumu dan Hotel 88 digemari laki-laki hidung belang yang mau berkencan yang ingin cepat dan aman.

Amannya di hotel budget atau hotel bintang 2-3, ditegaskan oleh germo spesialisasi mahasiswi, model yang ditemui Surabaya Pagi. Sebut saja Soni, pria perawakan gemuk ini sering memesan satu hingga dua kamar di hotel 88 Embong Kenongo atau Embong Malang Surabaya. “Masalahe lebih enak di sini (hotel Budget). Aman, dan lokasinya juga cukup strategis,” katanya.

Bahkan di hotel 88 sendiri, menurut Soni, sering bertemu temannya yang juga germo, membuka kamar secara bersamaan. “Yah namanya juga cari nafkah mas. Kadang kita buka kamar satu lantai. Tau-tau, lhoo.. lagi expo juga disini. Hahaha,” ceritanya.

Tindakan Pemkot

Bagaimana tindakan pemerintah kota paska terbongkarnya bisnis esek-esek oleh Polda Jatim? Yang diduga praktik esek-esek yang digerakkan di media sosial ini, sering memakai hotel-hotel budget yang baru tumbuh pesat di Surabaya. Kasatpol PP Irvan Widyanto mengakui bila paska deklarasi alih fungsi wisma dan wanita harapan di lokalisasi Dolly-Jarak. Diyakini praktik-praktik bisnis esek-esek bergeser ke tempat-tempat lain seperti karaoke keluarga, tempat kost hingga hotel kelas melati dan bintang 2-3. "Saat ini memang kita konsentrasi ke hotel-hotel kelas melati dan bintang 2-3. Terlebih ," kata Irvan.

Menyoal banyaknya hotel melati dan bintang 2-3 yng banyak digunakan untuk transaksi prostitusi, Irvan meminta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudparta) dan Bakesbang Linmas sebagai tim RHU untuk lebih tegas memberikan rekomendasi tindakan pelanggaran Perda.

Pasalnya, berdasarkan Perda No.7 Tahun 1999 tentang melarang penggunaan bangunan/tempat untuk perbuatan asusila. "Itu artinya apapun jenis bangunannya kalau memang ada yang digunakan untuk prostitusi wajib ditindak sesuai perda. Mulai sanksi administratif sampai pidana," tegasnya.

Sementara jelang memasuki bulan Ramadan, Satpol PP Kota Surabaya bersiap melakukan sweeping di tempat-tempat hiburan. Hal itu sesuai amanat Perda No.2 Tahun 2008 Tentang Kepariwisataan. Dalam kesepakatan seruan bersama dinyatakan bahwa kegiatan usaha diskotik, panti pijat, kelab malam, karaoke, spa dan pub (rumah musik) diwajibkan menutup/menghentikan kegiatan selama bulan Ramadan. Bagaimana hotel-hotel melati dan bintang 2-3? Irvan menambahkan, timnya juga akan tetap menyoroti kedua tempat tersebut.

Dikatakan Irvan, personel Satpol PP secara khusus tahun ini, pemkot akan fokus memelototi kawasan-kawasan eks-lokalisasi. Aparat bakal memastikan di tempat-tempat tersebut tidak akan ada lagi kegiatan esek-esek.

“Itu tanggung jawab kami selaku pemerintah daerah yakni menjaga kondusivitas kota. Agar jangan sampai ada sweeping-sweeping yang meresahkan masyarakat. Oleh karenanya, kami menjamin dan berusaha semaksimal mungkin kesepakatan seruan bersama tidak dilanggar,” pungkas mantan Kabag Pemerintahan ini.

Dibongkar Lagi

Selang sehari, Polda Jatim secara terus mengembangkan bisnis esek-esek melalui dunia maya yang diduga memiliki jaringan besar. Yang Kamis (26/6/2014) malam tadi, kembali berhasil membongkar kasus trafficking khusus spesialis foto model (wanita kelas atas). Informasi ini didapat dari salah satu sumber terpercaya di Polda Jatim.

Informasinya, polisi berhasil meringkus seorang mucikari dan foto model asal Jakarta. Tarif layanan yang diminta sindikat trafficking spesialis foto ini sampai puluhan juta rupiah. “Tarifnya mencapai Rp 15 juta sampai Rp 25 juta,” ungkap sumber tersebut, Kamis (26/06/2014).

Saat dikonfirmasi terkait keberhasilan ini, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono belum bersedia memberi penjelasan.

Sebelumnya diberitakan, Polda Jatim terus mengembangkan hasil penangkapan dua pelaku trafficking NF alias Mami Vhea (22) warga Kedungdoro dan AT (17) warga Sukomanunggal. Terbaru, Polda Jatim mengendus adanya jaringan trafficking baru luar kota yang biasa beroperasi di Kota Surabaya.

Kasubdit Renata Polda Jatim AKBP Heru Purnomo, Kamis (26/06/2014) menuturkan, berdasarkan inventarisir para korban trafficking jaringan NF alias Mami Vhea (22) dan AT (17) diketahui jika banyak yang berasal dari luar Kota Surabaya. Harga boking wanita berusia 15 hingga 17 tahun itu antara Rp 750 ribu sampai Rp 3 juta . Harga yang terakhir ini adalah statusnya peragawati. Tersangka sendiri rata-rata baru memiliki 40 wanita yang dijual serta menjalani bisnis baru 3 bulan. “Berdasarkan inventarisir itu kita sedang melakukan pengejaran pada jaringan lain dari luar kota yang biasa beroperasi di Surabaya,” kata AKBP Heru Purnomo. tim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar