VIVAnews – Forum Dakwah Islam Indonesia (FDII) Jawa Timur meminta berbagai organisasi masyarakat tidak boleh ikut campur terkait penutupan lokalisasi Gang Dolly dan Jarak. Jika ormas ikut campur, situasi Jawa Timur secara umum dikhawatirkan menjadi tidak kondusif.
"Serahkan semuanya ke Satpol PP dan kepolisian. Sebagai pihak berwajib, mereka yang mempunyai kewajiban melakukan penutupan. Bukan ormas atau elemen masyarakat," kata Ketua FDII Jatim, H. Alibadri saat berbincang dengan VIVAnews.
Kata Alibadri, kekuatan yang dimiliki pemerintah untuk menutup Gang Dolly sudah penuh. Jika ormas hadir dan ikut-ikutan bertindak, justru dikhawatirkan malah memperkeruh suasana.
Menurut dia, upaya Pemkot Surabaya menutup Dolly sudah mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Selain Polrestabes Surabaya dan Polda Jawa Timur, kesatuan TNI pun siap membantu jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
"Buat apa ikut-ikutan. Itu bukan pekerjaan dan wewenang kita. Biarkan mereka (aparat) yang bekerja. Kita melihat saja. Kita percaya 100 persen kalau penutupan Dolly akan berhasil dan aman," ujarnya.
Ditanya soal kemungkinan ada perlawanan, Alibadri menilai hal itu biasa. Tetapi, mereka tidak mungkin bisa melawan pemerintah. Bagaimana pun, tindakan Pemkot Surabaya dan Pemprov Jawa Timur menutup Dolly didukung masyarakat luas.
"Selamatkan yang lebih besar, yaitu masyarakat umum. Hancurkan yang lebih kecil, jika membahayakan apalagi melawan," kata Alibadri.
Alibadri menyebut, banyak kerugianya jika Dolly tetap buka seperti sekarang. Selain munculnya penyakit, juga bahaya lainnya. Termasuk, perdagangan perempuan dan anak di bawah umur, serta tindakan kriminal lainnya.
Pada puncaknya, musibah besar akan terjadi jika manusia terus melakukan perbuatan dosa namun tetap dibiarkan.
Di sisi lain, guna mendukung rencana deklarasi pembubaran Dolly, sedikitnya 3.000 ulama, kiai, habaib, dan tokoh masyarakat akan menggelar doa dan pengajian bersama di Gedung Grahadi yang digelar malam ini.
"Sesuai fungsinya mereka (para pemuka agama) tidak memiliki wewenang sedikit pun ikut campur teknis penutupan Dolly. Mereka sesuai fungsinya yang hadir di Grahadi, hanya bisa mendoakan agar penutupan berjalan lancar," kata Alibadri, yang juga Koordinator Habaib se-Jatim ini.
Menurut dia, rencana penutupan Dolly sebenarnya bukan hal baru. Sejak 1992, dia bersama almarhum KH. Zainudin MZ sudah pernah melakukan upaya penutupan lokalisasi itu. Waktu itu, sebanyak 3.000 PSK dan 2.000 mucikari plus pemilik wisma telah dikumpulkan di Gelora Pancasila.
Kemudian pada 2009, dilakukan tindakan serupa dengan mendatangkan 7.000 orang di halaman Taman Surya Surabaya. Undangan itu meliputi mucikari, PSK (kala itu disebut wanita harapan) dan pemilik wisma dikumpulkan untuk diajak rembuk soal rencana penutupan.
"Hasil akhirnya, baru sekarang ini. Ketika Surabaya dipimpin Singa Betina (Risma Triharini), penutupan bisa direalisasikan. Dari segi apa pun, penutupan sekarang ini lebih siap dan memadai," ujar dia. (asp)
VIVAnews - Kapolri Jenderal Sutarman memerintahkan anak buahnya untuk menghindari penggunaan senjata pada penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya, Rabu 18 Juni 2014.
"Kami hindari penggunaan senjata, gunakan langkah persuasif," ujar Sutarman di Gedung DPR, Jakarta.
Sutarman menilai keberadaan lokalisasi terbesar se-ASEAN itu memang melanggar hukum, namun mereka yang bekerja di sana bukanlah penjahat.
"Kalau kita jaga terus, dan tak ada pelanggannya akan bubar dengan sendirinya," ujarnya.
Ia memastikan Polri akan mengamankan kebijakan pemerintah itu. Jika ada pihak yang bertentangan, Sutarman, memerintahkan agar tidak ada korban.
"Polri akan back up kebijakan pemerintah. Kalau ada pertentangan, dijaga agar tak jadi korban, itu kita hindari secara maksimal," jelasnya.
Tak Manusiawi
Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, menilai keberadaan lokalisasi Dolly tidak manusiawi dan rawan kekerasan.
"Kalau mau menutup permanen, sebaiknya dihindarkan ekses-ekses penutupan-penutupan lokalisasi sebelumnya yang mengindikasikan kegagalan atau malah memunculkan titik liar atau di jalanan," ujarnya.
Sementara Politisi Partai Demokrat, Inggrid Kansil, alasan penutupan Gang Dolly itu sangat realistis. Sebab, keberadaan lokalisasi itu bisa memberi pengaruh buruk kepada lingkungan sekitar, terutama anak-anak.
"Anak-anak akan melihat bahwa praktik prostitusi itu dibenarkan karena mereka melihat realitas itu setiap hari," kata dia.
Keberadaan Dolly, kata anggota Komisi VIII DPR itu, juga bisa memicu munculnya lokalisasi di wilayah Indonesia lainnya.
"Mungkin hari ini berawal dari Surabaya, tapi kemudian esok pasti ada daerah yang akan melegalkan tempat prostitusi serupa, contohnya di Batam atau Bali," ungkap dia.
- Good job ibu Risma !! .
Anda telah menyelamatkan rakyat indonesia dari kehancuran moral dan ahlak ...
Zero-Zero Saboh Selusiens · SECABA PK 12
Kapan seh neh orang yang kontra sadar.... rejeki tuh udah diatur sama Gusti Allah... Jangan kan manusia, semut aja udah diatur rejekinya. Neh kan alasan setan aja untuk mempertahankan simbol kemaksiatan terbesar diasia tenggara agar tetap ada. Salut buat ibu Risma...
Parlin Seregar · Top Commenter
Tanya dulu sma KOMNAS HAMnya keyakinan siapa yg membolehkan.berbuat.seperti.itu. aneh,,,,,,,,, pengacau negara komnas hamnya
Zhaly Bin Shaleh · Follow · Top Commenter · Tokang Rombes at Langgar Al Mulyo
Menurut saya, Hak Asasi Manusia itu sederhana, yakni selamat dunia dan akhirat. Itu saja..
Jack Steve · Top Commenter · Washington, D.C.
PSK gaya hidupnya Glamour dan HEDONIS,kalo dikaitkan dengan masalah ekonomi jelas sangat tidak masuk akal. Mereka itu pekerja yg mentalnya cuman mau seneng dan gax mau susah payah atau repot-repot dalam bekerja. Yg mereka butuhkan adalah cuci otak dan perubahan sikap mental mereka yg instan dan kotor dalam mencari uang.
Jarot Kuat · Top Commenter · Kota Surabaya
agama melarang perzinahan,tetapi penutupan aktifitas perzinahan menurut Komnas HAM dan Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana ,dinilai ada unsur pelanggaran hak asasi; jd menurut anda siapakah agen IBLIS disini ??? apakah kaum agama atau Komnas HAM dan Wakil Walikota Surabaya Wisnu Sakti ?
Soerya Black Hunteer · Kepala Urusan Bidang Kebersihan Dan Pertamanan at Pemkab Siak Sri Indrapura
Seandainya para PSK DOLLY yang menjadi korban penutupan Lokalisasi tersebut, berpindah ke Propinsi lain, sama saja seperti menebar racun ke wilayah lain.. saya harap keputusan Penutupan lokalisasi DOLLY, di pertimbangkan lagi, karena efek samping nya akan berpengaruh tidak baik bagi masyarakat indonesia lain nya.
Parlin Seregar · Top Commenter
Surya @ ni kan alasan kau saja!!! Seandainya itukan panjang dan blum tentu terjadi.. jdi ngg usah deh cari2 alasan. Seandainya dia kluar dri doli mau di tempat lain. Seandainya dia ngg bsa jalan,,, seandainya dia dia bnar2 taubat!!! Udah deh itu hanya pembenaran atas perbuatan.
Wahyudi Stro Kemarry · Top Commenter · SMEA Negri Purwokerto
Kesempatan untuk bertaubat mencari hidayah dan ridlo Nya, insya Allah, Allah akan menggantinya dgn rizki yg lebih berkah, lebih membahagiakan keluarga, mulailah dgn kehidupan baru untuk mencari bekal di akhirat.. kalau tidak sekarang kapan lagi.
Haryono · Top Commenter
sEKARANG DITUTUP BESOK DITUTUP TETAP MENJADI MASALAH MENDINGAN SEKARANG.....HEBAT PEMKOT SURABAYA DAN JAJARANNYA, YANG TIDAK MAU ITU BUKAN WARGA ASLI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar