Rabu, 11 Juni 2014

Artikel Bintang Kejora: Sex & City; Jakarta Under Cover : I (Bag 19 s/d ...

Artikel Bintang Kejora: Sex & City; Jakarta Under Cover : I (Bag 19 s/d ...: 19 Bisnis "Kolam Susu' GM Super Germo-germo wanita, ternyata mendominasi jaringan bisnis wanita penghibur, dari kelas meneng...



Sex & City; Jakarta Under Cover : I (Bag 19 s/d 21)




19
Bisnis "Kolam Susu'
GM Super
Germo-germo
wanita, ternyata mendominasi jaringan bisnis wanita penghibur, dari
kelas menengah sampai atas . odus operandinya rapi dan terorganisasi Ada
juga yang khususmenangani kalangan artis. Uang panas pun berlimpah di
bisnis 'kolamsusu'.
Dalam
bisnis seks, ada satu mata rantai yang tak bisa dipisahkan. Selain ada
barang —dalam hal ini wanita atau pria pekerja seks profesional, juga
dibutuhkan pembeli. Cukup? Belum. Ternyata, ada satu mata rantai yang
menjadi jembatan keduanya, yaitu germo atau biasanya cukup disingakat
GM. Ada juga yang menyebutnya mami, mucikari, brokerdan sederet sebutan
lain.
Dalam skala fungsi operasi, ternyata para germo ini memegang peranan yang sangat dominan. Dari
menentukan proses perekrutan, marketing sampai sale. Boleh dibilang,
mereka adalah kartu truf yang mesti ikuti bermain di dalam tiap
permainan.
Dulu,
nama Hartono pernah menghebohkan publik. Germo kaliber internasional
yang terkenal memiliki ratusan wanita penghibur kelas atas itu sempat
menggegerkan Bali dengan mega proyek Planet Bali-nya, sebuah tempat
hiburan kelas atas yang di dalamnya terdapat ratusan wanita cantik yang
kapan pun bisa diorder dan diboking.
Hartono,
kini mungkin hanya tinggal nama. Karena kabar terakhir, pria Surabaya
itu terkena masalah demi masalah. Terakhir, rumahnya di Jl. Darmo
menjadi sengketa dan sekarang tengah jadi rebutan. Malah, Hartono
akhirnya memutuskan membakar rumah itu lantaran putus asa. Dalam sebuah
berita yang dilansir media cetak Ibu kota, Hartono mengaku sudah jatuh
miskin.
Tak heran kalau banyak orang menyebutkan, era Hartono sebagai big GM sudah tamat.
Cerita
Hartono, barangkali hanya satu lembar yang terbuka dari sekian ratus
lembar yang tertutup. Dalam ratusan Bisnis 'Kolam Susu' GM Super
lembaran yang masih tertutup itu, di dalamnya masih banyak terdapat
catatan tentang kisah sejumlah GM yang sampai kini masih jaya dan terus
menjalankan operasinya. Dan sejumlah GM itu banyak yang berstatus
wanita.
GM
Wanita. Dalam skala kecil saja, di beberapa tempat hiburan di Jakarta
yang menawarkan jasa wanita penghibur, hampir kebanyakan GM-nya adalah
wanita. Di diskotek-karaoke LM, kawasan Hayam Wuruk misalnya, lima
'mami' yang membawahi sedikitnya 100 wanita penghibur adalah GM wanita.
Dan jangan salah, para GM ini mempunyai wilayah kekuasaan yang
luas.Mereka pada garis besarnya bertindak sebagai manager. Dalam
prakteknya, seperti di panti plus DK, kawasan Grogol, Jakarta Barat
misalnya, semua wanita penghibur yang jumlahnya mencapai 300 wanita, di
bawah kendali GM.
Sekitar
300 wanita pekerja seks profesional itu diorganisir oleh beberapa orang
GM yang membawahi beberapa puluh orang. Biasanya, satu GM mengorganisir
sekitar 50-100 orang. Tengok saja pembagian keuangan yang berlaku di
panti plus, DK. Tarif yang berlaku di situ Rp. 80 ribu/jam untuk kelas
biasa dan Rp. 90 ribu/jam untuk kelas VIP. Untuk tarif Rp. 80 ribu,
setorannya terbagi menjadi Rp. 30 ribu untuk GM, Rp. 30 ribu lagi masuk
ke rekening GM sebagai uang tabungan dan jaminan, Rp. 40 ribu masuk ke
manajemen panti, Rp. 2.500 untuk uang "keamanan"dan Rp. 7.500 diterima
casholeh si wanita penghibur. Itu hanya satu kasus dalam skala kecil.
Dari situ saja, tampak dominasi GM yang paling tidak mendapatkan
masuknya uang dalam jumlah yang paling besar. Meskipun Rp. 30 ribu
dihitung sebagai simpanan dan jaminan untuk si wanita penghibur, tapi
arus masuk keluar itu tetap saja di bawah GM.
 Bayangkan
saja, sekali transaksi, satu wanita penghibur hanya mendapat Rp. 7.500
di tangan. Sisa uang Rp. 30 ribu, menjadi simpanan yang berada dalam
pengawasan GM. Hebatnya, uang sejumlah Rp. 30 ribu itu juga menjadi
semacam garansi untuk kelangsungan hidup si wanita penghibur. Paling
tidak, keberadaan uang tersebut membuat mereka tak bisa sembarangan
kabur atau berbuat sekehendak yang mereka inginkan. Begitu superior GM
di DK, sampaisampai wanita penghibur yang bekerja, hampir pasti berada
di bawah kendalinya. Bisa dibayangkan, satu GM bisa membawahi sedikitnya
50 orang. Mereka ditampung dalam sebuah rumah besar milik  GM.
Status
mereka tidak gratis. Uang sewa rumah pun langsung diambil dari
penghasilan. GM mengawasi semua gerakgerak anak buahnya. Untuk keperluan
belanja saja, mereka selalu ditemani sopir. Kemana­mana mesti
sepengatahuan GM. Jam kerja mereka berlangsung dari pukul 14.00 WIB
sampai 04.00 WIB dini hari.
Selepas dari jam kerja, mereka harus berada di rumah penampungan, di bawah pengawasan GM. 
Salah
seorang wanita penghibur di diskotek-karaoke DK, sebut Wiwin, 24 tahun,
gadis asli Malang, Jatim mengatakan, sudah hampir dua tahun ia bekerja
di DK. Win mengaku menjadi anak buah 'Mami' Tien, 38 tahun. Menurutnya,
ada sedikitnya 25 wanita yang tinggal bersamanya. Mami Tien inilah yang
mengontrol kendali hidup dan pekerjaannya.
"Semua
diurus Mami Hen. Mau beli bedak saja, mesti lewat dia dan dikawal.
Apalagi barang mewah seperti perhiasan," ungkap Wiwin terus terang.
Di
rumah penampungan 2XX, di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat, GM Joyce,
42 tahun, tak kalah 'basah'nya. Wanita setengah baya yang sudah
meng-geluti bisnis 'kolam susu' selama hampir lima tahun itu, mempunyai
anak buah tak kurang dari 25 wanita. Mereka ini di-tempatkan dalam
sebuah rumah yang menjadi tempat tinggal sehari-hari.
Di
rumah itulah, Joyce menjalankan roda bisnisnya. Saban hari, puluhan
laki-laki mampir untuk mencari pasangan tidur. Dengan tarif Rp. 300 ribu
untuk one short time, Joyce memburu laki-laki kalangan menengah sebagai
ladang bisnis 'kolam susu'nya. Rumah Joyce sebenarnya hanya berfungsi
sebagai rumah penampungan untuk bertransaksi, lain tidak! Fasilitas
rumah itu dilengkapi dengan halaman parkir yang muat untuk lima sampai
delapan mobil, ruangan ber-AC dan interior rumah yang cukup mewah.
Ruangan tamu yang menjadi tempat bersantai untuk tamu cukup lebar
dilengkapi sofa empuk memanjang dengan meja kaca.
Begitu
damu datang, langsung dipersilakan me-milih gadis yang dikehendaki.
Biasanya, Joyce sendiri yang mengkoordinir proses transaksi itu sampai
mencapai kata sepakat. Begitu deal, bayar kontan di tempat dan tamu
bebas membawa wanita penghibur kemana mereka suka. Untuk transaksi one
short time, tarifnya memang Rp. 350 ribu. Tapi dalam prakteknya, banyak
tamu yang boking untuk long time,bisa all nitebahkan tak jarang
berharihari. Tarif long time, satu malam, biasanya berkisar dari harga
Rp. 750 ribu sampai Rp. 2 juta. Dalam sehari, Joyce bisa melakukan
transaksi tak kurang dari 5-10 orang. Bahkan, kalau lagi musim gajian,
transaksi tersebut bisa naik dua kali lipat. Para gadis yang menjadi
anak didik Joyce mempunyai usia yang beragam.
Dari  yang muda sampai yang punya jam terbang tinggi. "Yang
paling tua umurnya 28 tahun. Itu pun dua atau tiga orang. Yang lain,
masih muda-muda dong," tukas Joyce sembari mempromosikan anak buahnya.
Bisa dikira-kira, berapa banyak uang yang masuk ke kantong dari bisnis
kolam susu yang digeluti Joyce? Yang pasti, bisnis-nya amatlah basah.
Bayangkan saja kalau dalam sehari terjadi transaksi minimal 5 kali
dengan total Rp. 350 ribu per orang. Jumlahnya Rp. 1.750.000,-. Itu baru
ukuran minimal atau transaksi dengan estimasi rendah. Dalam transaksi
besar, jumlah uang yang beredar, dari transaksi short timesampai long
time,pastilah puluhan juta jumlah uang yang terkumpul. Gambaran layaknya
wanita kaya yang hidup makmur segera terbayang. Wanita yang masih
tampak cantik dan terawat itu, tinggal bersama dua anak lelakinya,
—tanpa suami, dua orang staf yang membantu menjalankan roda bisnis
sehari-hari dan tiga orang pembantu rumah tangga.
Sebuah
mobil New Ice dan BWM Seri 5 tampak mengisi garasi di sudut kiri
rumahnya. Dari penampilannya saja tampak sekali barangbarang bermerek
menempel di tubuh Joyce. Penampilan sehari-hari tampak selalu mewah.
Dari baju yang dikenakan, jam tangan sampai sepatu yang membungkus dua
kaki. Para anak didik Joyce sebagian ada yang tinggal di rumah, sebagian
lagi dikontrakkan di sebuah apartemen, tak jauh dari rumah penampungan.
Meski
kebanyakan berstatus freelance, setiap harinya ada sekitar 10-15 wanita
yang stand-by di rumah penampungan sedari siang. Kalau tidak begitu,
sebuah album ekslusif diletakkan di ruang tamu untuk membantu tamu
memilih pasangan. Jadi, kalau wanita yang dikehendaki tamu tidak ada di
tempat, Wati atau stafnya tinggal memberikan album foto. Jaringan bisnis
Joyce tidak hanya berhenti sampai di 'rumah penampungan'.
Sebagai
GM, dia mempunyai akses yang solid dan jaringan bisnis yang luas.
Selain sibuk mengelola bisnis rumah penampungan, Joyce juga terkenal
sebagai pemasok wanita-wanita penghibur di sejumlah karaoke dan
tempat­tempat hiburan lain. Di karaoke & panti plus RM, kawasan
Ancol misalnya, Joyce sedikitnya memasok 20 wanita penghibur yang siap
melayani tamu sampai ke tempat tidur. Nama Joyce di kalangan laki-laki
petualang cinta di Jakarta, sudah tak begitu asing. Maklum, selama
bertahun-tahun menjalankan roda bisnisnya, wanita yang datang merantau
dari Manado dan hanya tamatan SMA itu pun, menggaruk untung di bisnis
prostitusi. Soal jam terbang, Joyce sudah kenyang makan asam garam
kehidupan, terutama dengan dunia malam yang ia geluti.
Sebelum
mengelola rumah penampungan cinta dan menjadi GM, Joyce selama masih
mudanya, juga 'pemain'. Pada masa-masa kecantikannya, Joyce dikenal
sebagai salah satu primadona di jajaran wanita highclass callgirl.
Selain Joyce, salah satu GM wanita yang cukup punya nama di Jakarta
adalah mami Irene, 43 tahun. Wanita berdarah Indo-Mandarin ini mempunyai
anak buah yang menyebar di tiga panti pijat hotel berbintang di
Jakarta; hotel TL di Jakarta Pusat, AR dan GL di Jakarta Selatan.
Di
ketiga tersebut, Irene memasok tak kurang dari 50 wanita pemijat.
Mereka ini diputar sesuai dengan shift satu minggu sekali. Dalam
hitungan kasar saja, tarif per satu jam untuk jasa massage di hotel TL
adalah Rp. 125 ribu net. Sedangkan di hotel AR Rp. 115 ribu net dan di
hotel GL, Rp 132 ribu net. Hampir semua wanita anak didik Irene,
rata-rata siap dengan pelayanan plus. Artinya, mereka selain
di-trainingtata cara pijat profesional, mereka juga menyediakan jasa
pelayanan seks, langsung di tempat atau boking selepas jam kerja. Untuk
sekali transaksi di luar, satu wanita harus menyetor Rp 200 ribu ke
Irene. Makanya, tarif rata-rata yang dipatok para anak didiknya Irene
untuk transaksi seks biasanya di atas Rp. 300 ribu per one short
time.Sementara dari tiap panti pijat hotel, Irene mendapat komisi 25%
per transaksi.
GM Model &Artis.
Dalam
skala lebih besar, bisnis kolam susu para GM ini lebih gila lagi.
Sejumlah GM yang beroperasi di kelas menengah-atas, bisa mengeruk uang
dalam jumlah yang tak tidak tanggungtanggung. Sebut saja Sisca, 31
tahun. Lajang kelahiran
Bandung
yang awalnya membuka bisnis agency ini, ternyata adalah seorang GM yang
mempunyai koleksi gadis-gadis penghibur dari kalangan model belia yang
usianya berkisar dari 18 tahun sampai 25 tahun. Koleksi Sisca kebanyakan
modelmodel kelas menengah, yang harus diakui namanya belum begitu
populer. Tapi, ukuran fisik gadis-gadis yang dimiliki Sisca di atas
rata-rata.
Menempati
sebuah rumah di Jl. BR, kawasan Tebet Jakarta Selatan, Sisca membawahi
sedikitnya 20 model dari Jakarta dan Bandung. Di rumah mewah yang
sekaligus dijadikan sebagai kantor itulah, Sisca menjalankan roda bisnis
'kolam susu'nya.
Agency hanya menjadi bagian kecil dari aktifitas bisnis. Sisca mempunyai dua staf yang membantu menjalankan bisnis agency. Sementara
untuk urusan bisnis 'kolam susu'nya, Sisca langsung menanganinya
sendiri. Hampir semua operasi Sisca dipusatkan di Jakarta. Modus
transaksi yang diguna- kan Sisca melalui dua tahapan. Pertama, begitu
tamu order lewat telepon, ia akan mengajak tamu untuk nge-date lebih
dahulu. Pada saat bertemu itulah, Sisca akan membawa gadis pesanan yang
dikehendakitamu. Biasanya, Sisca akan membawa dua atau tiga gadis.
"Kalau pesannya cuma satu, palingpaling aku bawa dua atau tiga. Biar
klien punya pilihan," ujarnya gadis yang sudah lebih dari empat tahun
menjalankan roda bisnisnya.
Janji ketemu dengan klien itu lebih banyak dilakukan dengan setting dinner atau lunch. Sederhana
sekali! Di situlah semua transaksi berlangsung, termasuk pembayaran
kontan. Untuk tarif, Sisca mempunyai dua kelas model. Untuk katagori
model A, tarif untuk satu malam Rp. 5 juta. Sementara untuk katagori B,
tarifnya Rp. 3 juta. Soal klien, boleh dibilang jumlahnya seperti tak
ada habisnya. Dari sekian tamu yang memboking anak didiknya, banyak yang
berstatus 'member' atau pelanggan tetap. Dalam sehari, minimal Sisca
bisa melakukan dua sampai tiga transaksi. Untuk transaksi kelas A, Sisca
mendapat-kan Rp. 1,5 juta.
Sedangkan
untuk model B, per satu transaksi Rp. 1 juta masuk ke kantongnya. Selain
Sisca, ada GM wanita yang main di kalangan selebriti. Namanya, Febby,
berusia sekitar 29 tahun. Gadis asli Surabaya ini, dulunya adalah salah
satu aktris yang sering membintangi film-film panas. Wajahnya juga
sering muncul di media cetak dengan pose-pose menantang di tahun 1995.
Di masa jayanya, dengan body seksi dan wajah cantik, Febby termasuk
katagori artis yang dengan label "bispak", kepanjangan dari "bisa
dipakai" istilah populernya. Di kalangan pengusaha berduit, namanya
sudah tak asing lagi. Dengan tarif Rp. 10 juta per satu transaksi, Febby
bisa hidup enak. Sebuah mobil Corolla dan rumah besar di kawasan
Cibubur sudah di­dapatnya. Namun di usianya yang terus merambat, wanita
beranak satu yang sudah bercerai dari suaminya ini, akhirnya alih
profesi. Dia yang memang akrab dengan beberapa selebriti, menjadi
semacam 'mak comblang' bagi beberapa artis yang memang mau melayani
laki-laki berduit di atas ranjang. Sepukul dua pukul, Febby juga masih
melayani tamu yang berkehendak bobok dengan dirinya. Dalam
perjalanannya, Febby ternyata sukses sebagai broker. Terbukti, dia
berhasil menjadi penghubung laki-laki kaya yang ingin 'bercinta' dengan
artis terkenal. Sebut saja nama KY, aktris sinetron yang sempat
menggegerkan dunia film nasional dengan aktingnya yang berani dan
vulgar. Atau AY, artis sinetron yang namanya kini menempati deretan
selebriti papan atas dan sinetronnya hampir menghiasi layar kaca setiap
hari. KY dan AY adalah dua artis yang sampai kini masih dengan tangan
terbuka menerima transaksi melalui jasanya. Dengan tarif Rp. 25 juta
untuk satu malam, Febby mengaku banyak laki-laki berduit yang rebutan.
Selain KY dan AY, Indah juga punya akses ke beberapa artis lain yang
ratarata sudah
punya nama dan populer.
 Dari
setiap transaksi, Febby biasanya bebas menaikkan tarif semau dia. Dari
tarif sebelumnya yang hanya Rp. 25 juta, Febby mengaku bisa menaikkannya
menjadi Rp. 30 juta. Rp. 5 juta itulah yang berhak masuk kantongnya.
Modus operandi yang dilakukan Indah cukup sederhana. Begitu ada klien
menelpon dan menginginkan artis A, Indah tinggal mengontak 'artis' yang
bersangkutan. Langkah berikutnya, Febby akan mengajak janji dinner
terlebih dulu. Dari situlah, semua transaksi di-selesaikan. Modus dengan
bertatap muka itu, diakui Febby biasanya memang dikehendaki si artis.
Pasalnya, beberapa artis memang mau transaksi berlangsung serba
terselubung dan aman. Pertemuan itu pun diakui Febby untuk menjaga
hal-hal yang ditakutkan si artis. "Kalau artisnya kenal pria yang
memboking, kan berabe urusannya,"' ungkap gadis yang kini punya akses
sedikitnya ke 15 selebriti terkenal Ibu kota. Betapa uang dengan gampang
masuk kantong para GM wanita ini. Bisnis 'kolam susu' yang mereka
jalani, tiap hari selalu mengeruk uang dalam jumlah besar: jutaan
rupiah, bahkan ratusan juta! Kemampuan mereka mengendalikan dan
melakukan operasi, sangatlah jeli dan licin.  Seorang
seperti Sisca mampu mengkoordinir model-model kelas menengah denga
tarif tinggi. Joyce dengan rumah penampungannya, bisa mempunyai jaringan
pelanggan yang tak ada habisnya dan selama ini aman­aman saja. Seorang
Irene mampu memasok wanita-wanita penghibur ke hotel berbintang.
Belum
lagi dengan Febby yang mempunyai akses ke kalangan selebriti. Bisnis
'kolam susu' memang gampang menarik uang. Siapa yang tak membutuhkan
seks, tak ada. Semua membutuhkannya. Mungkin itu jawabannya. Cerita
tentang Joyce, Sisca, Irene dan Febby, hanyalah secuil dari puluhan
bahkan ratusan GM wanita yang setiap hari memeras keringat menangguk
uang di bisnis prostitusi. Tetapi, paling tidak, cerita secuil itu,
mungkin bisa memberi gambaran tentang liku-liku hidup GM wanita
menggeluti roda bisnis 'kolam susu'nya.[]
20
Sex-game
Gadis-gadis Gaul
Sebuah
permainan sensasional dan 'naked' yang menjadi hobi pria­wanita dari
kalangan anak-anak gaul.Truth & Dare, istilah gaulnya. Beberapa
orang melakukannya sekedar iseng, tapi yang sungguh-sunguh pun tak kalah
banyak
Jam terus beranjak memburu malam. Tiba-tiba,
terdengar teriakan­teriakan dari sebuah kamar. "Buka terus. Ayo, buka.
Nggak boleh malu-malu...!!!" Suara tawa manja itu terus menyeruak dari
sebuah kamar hotel berbintang empat di Jl. GT, Jakarta Selatan.
Sesekali, terdengar jerit-jerit nakal. Terkadang, suasana berubah
senyap. Hanya terdengar pembicaraan lamatlamat. Detik berikutnya, suara
musik mengalun dan yang terlihat kemudian adalah pemandangan dua gadis
dengan sedikit malu-malu menari dalam keadaan tanpa busana dengan
disaksikan dua temannya yang juga sama-sama berjenis kelamin wanita.
Sementara
di ruangan lain, di malam Sabtu pada pertengahan bulan Januari 2002
menjelang pukul 02.00 WIB dini hari, di Apartemen Bunga, sebut saja
begitu — sebuah apartemen berlantai sepuluh di Jl. Raya CP, Jakarta
Timur yang terjadi malah lebih berani. Dua laki-laki, tiga perempuan
bermain kartu di dalam kamar tertutup. Suasana yang tergambar tak
berbeda jauh dengan empat gadis yang bermain nakal dan berani. Hanya
saja, kali ini, permainan itu harus kami akui berlangsung lebih berani.
Dua
laki-laki dan tiga gadis itu saling memegang kartu masing-masing satu
buah. Setiap kali terdengar kata Truth, maka yang terdengar adalah
sebuah cerita yang diungkap secara blak-blakan tanpa data yang
disembunyikan.
Lucunya,
cerita itu selalu berkaitan dengan hal-hal pribadi yang sifatnya sangat
rahasia. Namun begitu terdengar kata Dare, yang terjadi adalah
sebaliknya. Karena kebetulan yang terkena kata Dareadalah sang gadis,
maka pada detik itu pula dua laki-laki yang hadir dalam kamar tertutup
itu dengan perlahan memerintahkan sang gadis untuk melepas busana yang
melekat di badannya.
Sampai
akhirnya, tubuh gadis itu tanpa tertutup selembar benang pun. Dan
uniknya, dua laki-laki dan dua wanita yang menjadi 'lawan' bermain itu,
bergantian menantang keberanian sang gadis untuk beraksi lebih heboh.
Awalnya memang sekedar iseng-iseng dan permainan, tapi semakin lama,
permainan iseng itu berubah menjadi ajang pesta nafsu. Pesta sungguhan,
bukan main-main!!!
0 0 0
DaeTruth&Dr.
Sebenarnya,
kami tak sengaja harus berkunjung ke Apartemen Bunga, tempat hunian
bergaya hotel di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Timur. Semuanya berawal
dari Bertha, seorang model baru yang wajahnya menghiasi beberapa tabloid
dan majalah hiburan, mengundang kami ke 'apartemen'nya tersebut.
"Nanti saya kenalkan beberapa orang teman. Dijamin cantik-cantik dan OKlho," katanya setengah bergurau.
Bertha ternyata tipikal orang yang gampang akrab. Kami
mengenalnya dalam beberapa kali pertemuan di kafe MA, kawasan Jl.
Sudirman, Jakarta Pusat. Sebagai pendatang baru di dunia 'keartisan',
gadis berusia 22 tahun berasal dari Surabaya ini cukup ramah dan
tergolong gadis aktif. Bertha mudah diajak berbincang, makan dan pergi
jalan malam ke sejumlah kafe gaul.
Tentu
saja, selama tak bentrok dengan kegiatan yang lain. Tetapi undangan
makan malam seorang wanita cantik semacam Bertha jelas tak kami
lewatkan. Sayang benar kalau kami sampai menolaknya. Toh, selama ini pun
kami sering makan malam bareng. Hanya saja kali ini surprise karena
Bertha mengajak kami ke apartemennya. Apartemen Bunga itu terletak di
jalan besar, persisnya berada tak jauh dari sebuah by-passyang
menghubungkan sebuah supermarket franchise asing dengan sebuah terminal
besar antar kota di Jakarta. Apartemen tersebut kiranya cukup mewah
dengan prototype bangunan modern.
Apartemen itu terbagi dalam beberapa blok. Bertha
sendiri berada di Blok B. Di halaman depan, tampak beberapa mobil
parkir. Pintu masuk dijaga dua sekuriti. Cukup ketat karena tamu yang
datang mesti dulu mendapat ijin dari tuan rumah, baru diperbolehkan
masuk. Atau kalau tidak, tuan rumah sudah memberitahu petugas keamanan
yang berjaga-jaga di bawah. Malam itu, kami datang pukul 20.15 WIB.
Sehari sebelumnya,kami memang menghabiskan malam di kafe ZB, di kawasan
Blok M, Jakarta Selatan. Waktu itu, Bertha ditemani salah satu teman
wanitanya yang tak kalah menarik. Gadis itu oleh Bertha dikenalkan
kepada kami sebagai Susi, 24 tahun.
Di
situlah, Bertha mengundang kami untuk makan malam keesokan malamnya.
Pintu masuk ke apartemen itu menggunakan sistem elektronik.
Meski
jarum jam telah menunjuk pukul angka delapan lebih, tapi suasana di
sekitar apartemen Bunga itu tampak ramai. Beberapa outlet makanan yang
buka masih didatangi beberapa pembeli. Sementara di sudut lain, sebuah
supermarket franchise asing yang letaknya hanya beberapa puluh meter
dari apartemen Bunga, menunjukkan aktifitas tinggi. Kami menaiki lift
menuju lantai 9. Kami melewati deretan kamar-kamar layaknya di hotel.
Di masing-masing pintu kamar, tertulis nomor lengkap dengan bloknya.
Mata
kami tak lepas mengamati keadaan sekeliling. Tampak sepi. Beberapa
puluh pintu kamar tertutup rapat. Tampaknya, mereka yang tinggal di sini
lebih senang dengan kehidupan privacy. Di pintu bernomor B/93 kami
berhenti. Bertha menyambut kami. Mengenakan baju terusan warna pink,
Bertha menyilakan kami duduk.
Di dalam kamar berbentuk studio itu ternyata sudah ada dua wanita dan seorang pria. Yang satu sudah kami kenal  sebelumnya, Susi dan satunya lagi bernama Dona, 21 tahun. Sementara yang laki-laki mengaku bernama James, 28 tahun.  Susi
mengenakan T-shirt biru ketat dengan celana model tank-top. Sedangkan
Dona —gadis berkulit kuning sawo matang dengan tahi lalat di kening,
membalut raganya dengan sack-dress selutut warna ungu muda. Susi
sendiri,yang biasanya memang menjadi teman seperjalanan Bertha, ternyata
tinggal di apartemen yang sama, hanya saja dia berada di lantai tujuh.
Sedangkan Dona, mengaku sering menginap di apartemen Bertha. James
biasanya selalu ikut serta kalau kebetulan tidak punya acara. Pria yang
katanya punya usaha di bidang jasa angkutan ini, termasuk salah satu
laki-laki yang sering menemani Bertha.
"Ini bukan dinnerbeneran lho. Hanya makan-makan biasa," kilah Bertha sambil ikut bergabung di ruang tamu. 
Di dinding, kami melihat beberapa foto Bertha dipajang dalam ukuran besar. Beberapa
diantaranya mengenakan busana seksi dengan pose-pose menantang. Sebuah
televisi 29 inci lengkap dengan peralatan audio lainnya seperti CD
player dan VCD. Malam itu, Bertha memang menjamu kami dengan beberapa
hidangan makanan. Lumayan untuk sebuah dinner di apartemen, pikir kami.
Buah anggur pluspir, menjadi penutup jamuan malam. Jam sudah menunjuk
angka 21.30 WIB ketika kami dan Bertha Cs menyelesaikan makan malam dan
kembali bercengkrama di ruang tamu. Untuk sesaat lamanya, Bertha
memperlihatkan kamarnya yang serba bernuansa pink. Apartemen yang
ditempat Bertha bertipe studio dengan dua kamar. Bertha sendiri
menempati kamar yang menghadap langsung ke jalan besar. Di dalam kamar
seluas 5X5 meter persegi itu terdapat spring-bedwarna pink. Di dinding
kamar yang juga berwarna pink itu terpajang sebuah foto wanita hitam
putih dalam keadaan nndies.
Tampak
artistik tanpa menampakkan secara jelas wajah di balik wanita telanjang
itu. "Itu foto aku tiga tahun lalu," sergah Bertha mengagetkan kami.
Hanya lima menit kami diajak Bertha melihat­lihat kamar untuk kemudian
kami sudah berkumpul di ruang tamu. Kali ini, kami sengaja memilih duduk
di karpet. Bertha, Susi, Dona dan James pun melakukan yang sama. "Main
kartu yuk. Dari pada bengong?" Tiba-tiba saja, Bertha melontarkan ide
itu. Kami hanya menganggukkan kepala pertanda setuju. Siapa takut? pikir
kami. Soal main kartu, kami bukannya bodohbodoh amat. Teman-teman kami
dari ka-langan 'anak gaul', banyak juga yang do-yan bermain kartu, dari
yang sekedar iseng sampai menggunakan uang jutaan rupiah. Susi, Dona dan
James pun mengiyakan. Kata mereka, sudah jadi tradisi kalau lagi  berkumpul
mereka iseng-iseng bermain kartu. "Paling tidak, ada sesuatu yang
dikerjakan," kata Dona malu-malu. Di atas karpet kami membentuk formasi
lingkaran. Chanel televisi dirubah Bertha menjadi tayangan musik
mancanegara non stop.
Bertha mengenalkan jenis permainan truth & dare. Kartu
pertama bergambar seperti kartu King, hanya saja bentuknya tidak sama
seperti kartu remi kebanyakan. Sedangkan kartu kedua bergambar mirip
Queen hati. Hanya saja kedua kartu itu warnanya lebih gelap, tidak
terlalu banyak warna-warna mencolok.
Kartu
bergambar King berarti Dare, sementara kartu bergambar Queen hati
berarti Truth. Begitu aturan mainnya. Dua kartu 'truth & dare' itu
dalam permainan-nya dikocok menjadi satu dengan kartu-kartu remi biasa.
Mendengar
itu, tentu saja kami sedikit terkejut. Karena ternyata, permainan yang
satu ini berbeda dari biasanya. Ketika seseorang mendapat kartu Dare,
maka si pemegang kartu harus bersedia melakukan apapun. Dan ketika
mendapatkan kartu 'truth', si pemegang kartu harus mau bercerita tentang
segala hal —termasuk sesuatu yang sifatnya privatesekali pun. Itulah
aturannya. Dan malam itu, kami ditemani iringan lagu-lagu Jennifer
Lopez, Madonna, Britney Spears dan sederet 'diva dunia', permainan
'truth & dare' itupun dimulai.
Bertha
menjadi leader yang pertamatama membagi-bagikan kartu. Masingmasing
pemain mendapat bagian satu kartu selama tiga kali putaran
ber-turut-turut. Pada putaran ketiga itulah, masingmasing pemain harus
memperlihatkan kartu yang didapatnya. Kalau kebetulan belum ada satu
pemain pun yang terbukti mempunyai kartu 'truth' atau 'dare', maka kartu
akan dibagikan kembali sampai ada salah satu pemain yang 'tersangkut'.
Namun, ada juga yang melakukan permainan 'truth & dare' tanpa kartu.
Itu dilakukan, kalau kebetulan memang tidak ada kartu.
Biasanya, permainan itu dilakukan dengan beradu telapak tangan. Telapak tangan atas berarti 'dare', bawah berarti 'truth'. Dalam
aturannya, pemain saling menebak ketika mereka beradu sampai tebakannya
benar. Begitu seterusnya. Sex-game. Pada awalnya, permainan iseng-iseng
itu berlangsung biasa. Ketika Bertha dan Dona misalnya men-dapatkan
kartu 'truth',kami hanya me­nyuruhnya untuk bercerita soal umur, berat
dan tinggi badan.
Begitu
juga ketika kami yang kebetulan ketiban apes mendapatkan kartu 'dare',
kami hanya disuruh jongkok atau memegang hidung hingga permainan
menemukan korban berikutnya. Mungkin karena masih kagok kali ya—maklum,
dari tiga gadis yang kami kenal, baru Bertha yang boleh dibilang
'akrab', permainan awal itu terasa enteng dan biasabiasa saja.Tapi
semakin malam, diselingi hidangan makanan kecil, buah-buahan dan
beberapa minuman seperti winedan bir, permainan itu merambat panas.
Detik demi detik yang menegangkan itu pun terjadi juga. Manakala si
cantik molig Dona kedapatan memegang kartu 'dare',maka James, Bertha dan
Susi, langsung menyuruhnya berdiri. Kemudian, dengan menahan senyum,
bibir Bertha yang tampak dipoles lipstick cokelat matang itu meminta
Bertha untuk menari dan me-lepaskan ikatan rambut di kepala. Detik
berikutnya, giliran Susi meminta Dona melepaskan kaos ketat yang
menutupi tubuhnya.
Uniknya, Dona pun dengan serta merta melakukannya, sehingga tinggal bra yang menutup bagian dadanya.
Alamak, kami
terus terang kaget juga melihat aksi itu. Walau beberapa kali, kami
pernah diajak beberapa teman berduit untuk nonton striptis, tapi tetap
saja rasa kaget itu datang. Hanya sampai di situ, Dona kembali ikut
bermain. Biasanya, dalam aturan mainnya, pemenang hanya boleh mengajukan
satu permintaan, tidak boleh lebih. Maka ketika giliran Bertha yang
ketiban apes meme-gang kartu 'truth', kami memintanya bercerita terus
terang soal perjalanan karirnya sebagai pendatang baru di dunia
keartisan. "Pahit dan susah!" Itulah jawaban pertama yang keluar dari
bibir Bertha. Awal karirnya harus ia lalui lewat jalur pintas. Bermula
dari sebuah peran figuran dalam sebuah film, Bertha mesti merelakan di
Sedih memang. Menyusuri jalur model lewat sebuah ajang pemilihan putri
sebuah produk kecantikan di Surabaya, Bertha mendapat Juara II.
Sejak itu,beberapa tawaran
mulai datang. Dari pemotretan untuk majalah sampai untuk brosur iklan.
Sampai akhirnya, ia memutuskan hijrah ke Jakarta karena ada teman yang
membukakan jalan. Keputusan pindah itu, juga lantaran keluarganya tak
lagi menerimanya karena ia ketahuan mengandung seorang bayi hasil karya
pacarnya.
Meskipun
akhirnya, ia memutuskan untuk menggugurkannya. Dan datanglah tawaran
untuk main film. Namun yang terjadi, tidak lah jauh beda. Tawaran demi
tawaran selalu ujungujungnya selalu terkait dengan service pribadi. Dan
itulah yang mesti ia jalani di awal karir. Bertha mengaku, jatuh dari
satu pria ke pria berikutnya.
Hasilnya, beberapa sinetron dan film telah dibintangi meski hanya pemeran pembantu. Salah satunya film RTG, yang kebanyakan mengekspos adegan-adegan syur dan panas. Stop! Cerita itu berhenti.
Permainan
pun berlanjut. Kini, lagi-lagi Dona yang harus mendapatkan kartu
'dare'.Gadis yang mengaku dari Bandung yang hanya tinggal mengenakan bra
dan celana jins itu pun untuk kesekian kalinya mesti melepaskan sisa
pakaian yang melekat di tubuhnya.
Pada
gilirannya, Bertha pun mendapat jatah kartu 'dare'. Dan dengan serta
merta, baju sack-dressyang ia kenakan, ditanggalkan. Hingga menjelang
pukul 01.00 WIB dini hari, dua gadis itu tak lagi berbusana. Sementara
Susi hanya tinggal mengenakan underwear, dan James pun tinggal
menyisakan celana pendek dengan dada terbuka. Sungguh tidak disangka,
kami pikir permainan itu bakal usai. Namun, kenyataannya jauh permainan
iseng malah lebih gila dan jadi sungguhan. Entah sudah berapa kali, Dona
dan Bertha memperaga-kan adegan layaknya dua pasang kekasih sesama
jenis. Begitu pun Susi yang berulang kali men'service' James. Detik
detik menegangkan itu, pada gilirannya memang berubah menjadi ajang
permainan nakal yang sarat dengan ulah dan perilaku 'gilagilaan'.
Bayangkan saja, selama hampir dua jam terakhir, permainan itu telah
berubah menjadi ajang pesta nafsu yang menggebu.
Permainan
awal yang hanya penuh canda tawa itu, lambat laun menjadi sungguhan.
Itulah yang terjadi. Dan ternyata, permainan sejenis 'truth & dare'
ini sudah jadi satu hobi yang trenddi beberapa orang dari kalangan
nitesociety. Berulang kali —memang tidak terlalu sering sih, setiap kami
habis menghabiskan malam di sejumlah kafe trend-setter,terdengar cerita
seru ihwal permainan nakal sejenis 'truth & dare' dari beberapa
muda-mudi yang melakukannya. Bahkan, tak jarang, kami pun diajak untuk
bergabung. Cerita yang kami dengar dari sejumlah teman dari anak-anak
gaul —bahkan beberapa diantaranya kami saksikan dengan mata-kepala
sendiri, memang tak beda jauh dengan apa yang terjadi di apartemen
Bertha. Dan ternyata, bagi Bertha permainan itu sudah berulangkali ia
lakukan bersama teman-temannya. Truth & Dare, permainan nakal yang
ujung-ujungnya memang tidak jauh dari persoalan petualangan seksual.
"Hanya beda di menu foreplay-nya saja," ujar Bagus, seorang esmud kawan
kami yang juga terkenal sebagai anak malam.
Benarkah?[] 
 

21
Shopping Date
Cewek2 Highclass
Mereka
bukancallgirl. Wanita-wanita cantik yang juga berprofesisebagai model
ini, mengencani pria eksekutif untuk mengeruk harta sebanyak mungkin.
Triknya, dari'shopping date' sampai'honeymoon' cinta ke mancanegara.
Transaksi
cinta gadis-gadis callgirl kelas atas ternyata amat beragam. Callgirl
yang buka praktek terselubung misalnya, cukup menerima order telepon via
GM kemudian dilanjutkan dengan dinner dan setelah itu, transaksi
terakhir. Ada juga yang langsung mendatangi tamunya di tempat kencan.
Ada juga yang sudah punya pelanggan tetap yang setiap saat bisa mengajak
kencan.
Tapi
untuk yang satu ini, sedikit berbeda. Mereka bukan callgirl. Mereka
lebih suka disebut wanita-wanita highclass. Sebutan itu bisa berarti
mereka adalah wanita-wanita yang suka hidup glamour dengan bermodal
kecantikan.
Caranya, dengan memacari pria-pria berduit.
Di
sebuah mal elit, PN di Jakarta Selatan, dua gadis cantik yang di mata
saya sudah tak asing, Maria (22) dan Linda (24), ber-jalan digandeng dua
pria berpakaian rapi. Kirakira baru pukul 18.00 WIB, jam pulang kantor.
Maria dan Linda saya tahu karena beberapa kali saya melihat wajah
mereka di sampul media cetak Ibu Kota. Yang membuat saya terperangah,
dua pria yang bersama mereka juga saya kenal baik. Saya malah beberapa
kali sering bertemu di meja kafe dan ajojing bersama. Mereka adalah Remy
(29) dan Jose (31).
Dua pria itu saya tahu cukup beken di kalangan komunitas kafe. Maklum,
mereka termasuk eksekutif muda sukses. Remy masuk board of director di
PT AR, sebuah holding company yang berkantor di Jl. SD.
Sedangkan,
Jose sendiri punya usaha di bidang onderdil mobil yang berkantor di
Jl.TR, Jakarta Pusat. Yang saya tahu, ia termasuk salah satu pemegang
saham.
Untuk
beberapa saat lamanya saya memperhatikan dari jauh. Kedua pasangan itu
masuk ke counter baju bermerek, kemudian keluar membawa tentengan.
Berikutnya, mereka masuk lagi counter jam tangan. Begitu keluar, di
tangan Maria dan Linda sudah membawa bungkusan.
Saya
mengucap sapa ketika mereka saya temui tengah ber-dinnerdi kafe LN di
mal yang sama. LN termasuk kafe elit karena yang datang kebanyakan
kalangan eksekutif. Remy dan Jose sedikit terperangah dengan kehadiran
saya. Tentu saja, mereka masih ingat saya dengan baik. Saya
diperkenalkan dengan pasangan mereka.
Maria
dan Linda mereka akui sebagai 'pacar'. Tebakan saya tidak meleset. Dari
situlah, saya akhirnya terlibat pembicaraan akrab. Maria memang seorang
model baru yang wajahnya menghiasi beberapa tabloid dan majalah
hiburan. Sementara Linda tak jauh beda. Gadis yang sudah membintangi
sedikitnya lima sampai enam sinetron itu, di antaranya PDK, SPM dan LDC,
tak kalah ramah dibanding Linda. Maria dan Linda memang tipikal orang
yang gampang akrab. Dalam pertemuan yang berlangsung tak lebih dari satu
jam itu, mereka enak saja mengurai cerita dan membuat saya tak
kesulitan berbagi omongan.
Sebagai
pendatang baru di dunia 'keartisan', mereka cukup ramah dan agresif.
Remy dan Jose yang sudah tahu saya sebelumnya, ikut larut dalam
pem-bicaraan santai dan sesekali derai tawa terlepas pelan.
Setelah
pertemuan itu, lima hari kemudian Remy dan Jose bertemu saya di kafe
JC, Jakarta Pusat, pada malam Sabtu. Di kafe yang berada di hotel
berbintang lima itu, mereka bercerita tentang Maria dan Linda yang
mereka akui sebagai pacar. Saya sebenarnya bukan tidak mengenal Maria
dan Linda karena gosip yang beredar mereka termasuk gadis-gadis yang
suka 'mlorotin' pria berduit. Beberapa kali, saya memang melihat mereka
makan ditemani pria-pria rapi di restoran mahal. Kalau tidak, mereka
minum hot tea dan ber­cengkrama dengan pria kencanannya di kafe mal.
Begitu seterusnya. Namun rupanya, bagi Remy dan Jose, gosip itu tak
begitu berarti. Kata Remy, dia tak peduli tujuan dari Maria
me-macarinya. "Yang penting bisa happy.Ya nggak?" sergahnya, enteng.
Lantaran Remy dan Jose itulah, saya jadi mengenal Maria dan Linda secara
detail. Bagaimana mereka mencari pasangan kencan pria berduit sampai
kehidupan pribadinya? Setidaknya, selama tiga bulan saya jadi dekat
dengan mereka.
M o d u s Operandi.
Dalam
masa tiga bulan itulah, akhirnya saya jadi tahu sepak terjang Maria dan
Linda sebagai wanita hi-class.Sebelumnya, di kepala saya memang muncul
pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. Hubungan aktif dengan mereka,
lambat laun memang menciptakan suasana yang seolah tanpa batas.
Mereka
tak lagi sembunyi-sembunyi atau berusaha tampil dengan topeng. Saya pun
sering diundang makan malam di rumahnya. Tentu saja, undangan itu tak
saya lewatkan. Jam 21.05 WIB. Ini malam kunjungan saya untuk yang ke
sekian kalinya. Di atas karpet tebal di ruang santai, saya mulai
mendengarkan cerita kedua gadis yang sama-sama menebar bau  harum
dari tubuhnya. Pembicaraan malam itu berpusat pada masalah laki-laki.
Mungkin karena merasa akrab, mereka tanpa malu-malu bercerita apa
adanya.
Laki-laki
berduit seperti menjadi kata wajib bagi Maria dan Linda tiap kali
mengurai cerita. Maria, yang mengaku anak orang kaya di Surabaya itu
bercerita ihwal perjalanan hidup. Mengapa ia sampai ke Jakarta, tak lain
lantaran laki-laki juga. Maria akan dijodohkan oleh orang tua,
sementara ia telah punya pujaan hati sendiri. Akhirnya, ia nekad kabur
bersama lelakinya, Doni (27).
Enam
bulan mengarungi hidup di Ibukota, selama itu Maria dan Doni tinggal di
sebuah kontrakan layaknya suami-istri. Mariapun hamil. Terjadi cekcok,
Maria kabur dan menggugurkan kandungannya. Sampai akhirnya, ia bertemu
Linda di salah satu diskotek di Jakarta. Ternyata Linda berprofesi
sebagai model. Paling tidak, itulah pengakuan pertama ketika Maria
berkenalan
dengannya. Dari
Linda itulah, ia mulai diperkenalkan dengan dunia model. Postur tubuh
seksi dan wajah cantik membawa Maria memasuki dunia baru. Shopping Date
Cewek2 Highclass Selama kurang lebih tiga bulan, Maria ditampung Linda
di apartemen CM, Jakarta Timur. Keseksian dan kecantikan Maria ternyata
membawa berkah. Tak kurang dari enam bulan, wajahnya sudah terpampang di
beberapa media cetak. Hampir semua pose seksi dan gemulai. Dari
situlah, Maria mulai merambah dunia peran meski belum mendapatkan peran
utama. Linda ternyata tidak sekedar model biasa. Ia punya pekerjaan
sampingan.
Dan justeru pekerjaan sampingan itulah yang membuat Linda mengeruk duit dalam jumlah besar. Sebagai
model dan artis sinetron kelas menengah, wajahnya cukup dikenal.
Ditambah dengan pergaulannya dari kafe ke kafe, diskotek ke diskotek
membuat Linda familiar. Dan itulah yang dijadikan modal Linda dalam
menekuni pekerjaan sampingan, yang tak lain sebagai wanita hi-class.
Mariapun akhirnya mengikuti jejak Linda. Dunia sinetron dan model
ternyata hanya dijadikan sebagai media belaka, lain tidak. Setelah
setahun, Mariamelebarkan sayap dengan menjadi wanita hi-class. Proses
menekuni pekerjaan barunya itu tidaklah rumit. Wajah cantik, cukup
populer dan 'gaul', membuat Maria berjalan mulus menapak jalan. Ditambah
luka pahit akibat korban laki-laki yang tak ber-tanggung jawab, makin
mengukukuhkan tekad Non. Yang menarik, profesi wanita hi-classyang
dilakoni Maria dan Linda boleh dibilang istimewa.
Mereka
tidak sekadar callgirl biasa, tapi lebih dari itu, mereka tak mau
disebut callgirl. Dalam mencari pasangan cinta, mereka tidak menerima
order via telepon atau memakai GM. Tapi, mereka sendiri lah yang mencari
dan memutuskan 'kencan' dengan siapa. Biasanya, modus operandi mereka
dilakukan dengan mendatangi beberapa kafe-pub-klub yang sering menjadi
ajang kumpul pria-pria berduit. Di situlah, mereka menjerat pria
berduit. Beberapa kali saya menyempatkan diri jalan bareng dengan mereka
ke kafe. Dan saya tak menyangka, begitu datang mereka sudah ditunggu
pasangan masing-masing. Tapi rupanya, pria milik Maria dan Linda bukan
sekedar pria yang berhubungan ala cash & carry.
Artinya, mereka Shopping Date Cewek2 Highclass janjian, kemudian terjadi transaksi dan malam itu juga 'deal' tuntas. Tidak!
Pria-pria yang menjadi kencan Maria maupun Linda, mereka sebut sebagai
pacar. Pantas saja, baik Maria maupun Linda, bisa janjian dengan pria
yang sama selama satu bulan penuh. "Mas Edo itu orangnya pengertian. Gue
habis dibeliin jam Bvlgari dan diajak ke Singapura minggu lalu," ungkap
Maria di sela-sela musik yang membungkus ruangan. Rupanya, yang disebut
Maria dengan Mas Edo itu adalah teman kencan tetap.Hampir sebulan,
Maria menjalin cinta dengan pria muda yang bekerja di bidang otomotif.
Edo ternyata bukan asli Indonesia, tapi keturunan Pakistan-Singapura.
Dan selama sebulan, Maria menjadi pasangan tetap Edo.
Entah
menghadiri pesta, dinneratau menjamu relasi. Tidak hanya itu, Maria dan
Edo sudah seperti sepasang partner. "Minggu depan gue mau diajak ke
Hawaii," ceplos Maria. Begitulah gaya kencan Maria sebagai wanita
hi-class.Seperti pada malam Sabtu itu, saya diajak menjumpai dua kencan  baru
Maria dan Linda. Mereka janjian ketemu di kafe CI, Jl. AA, Jakarta
Selatan. Maria sudah tak lagi 'pacaran' dengan Edo. Padahal, dalam
beberapa kali percakapan, gadis yang memang doyan ngobrol dan selalu
berpenampilan seksi itu sudah tak lagi menjalin hubungan dengan Edo.
Satu bulan sudah cukup. Dan yang penting, tabungan dan koleksi barang-barang bermerek dan brand-minded sudah tertampung. Dua
pria yang ditemui Maria dan Linda malam itu, rata-rata masih muda.
Umur-nya berkisar antara 28-32 tahun. Pe-nampilannya rapi dan tampak
berkelas. Begitu duduk,  saya
diperkenalkan sebagai teman dekat pada dua pria itu, sebut saja Rick dan
Bram. Saya sempat berpikir, Maria dan Linda akan menemui Remy dan Jose.
Tapi rupanya, mereka sudah tak lagi berhubungan. "Cukup sebulan saja. Itu lebih dari cukup," kilah Linda.
Di
meja segera terhidang beberapa botol minuman mahal. Maria sendiri
maniak white-wine, sementara Linda tak bisa lepas dari margarita dan
BV2. Sementara Rick dan Bram menenggak minuman khas laki-laki, dari
Jackdie sampai Cinamon dan beberapa minuman andalan buatan kafe CI.
Mereka menghabiskan malam hingga kafe bubar pada pukul 03.00 WIB dini
hari. Tak kurang dari Rp. 5 juta habis di meja kafe untuk satu malam.
Uang sejumlah itu, enteng saja mereka keluarkan hanya untuk mentraktir
di kafe. Setelah itu, Maria dan Linda diantar  pulang.
"Ini kencan pertama. Baru seminggu lalu kenalan. Baru tahap uji coba,"
kilah Linda begitu sampai di rumah. Rupanya, yang dimaksud tahap uji
coba itu tak lain bagian dari penjajakan. Pantas tidak pria seperti Rick
dan Bram dikencani, dilihat dari penampilan dan tentu saja materi.
"Kalau salah tangkap, buang-buang waktu," canda Maria diikuti derai tawa
lepas. Apa yang Maria dan Linda lakukan, mengingatkan saya dengan
beberapa escortgirl di karaoke atau pub yang lebih suka menjadi pacar
atau simpanan pria-pria berduit dari pada menerima order kencan semalam.
Beberapa wanita pen-damping di karaoke yang ada di Jl. M, Jakarta
Selatan misalnya banyak yang menjadi 'pasangan' resmi beberapa pria
ekspat dari Jepang, Korea atau Singapura. Dari sisi materi, jelas lebih
menguntungkan.
ShoppingKencan.
Tabir
kencan hi-class Maria dan Linda makin terkuak ketika seminggu
berikutnya, saya diajak jalan lagi. Hari masih sore, sekitar pukul 17.30
WIB ketika Rick dan Bram memarkir mobil New Ice-nyadi depan pintu rumah
Maria dan Linda.
Rick
dan Bram tampaknya bukan sembarang pria. Sama seperti Remy dan Jose
yang kata orang 'duitnya tak berseri', mereka pun termasuk wirausahawan
muda sukses. Rick mempunyai usaha dagang di bidang perkayuan, sementara
Bram sendiri sukses menggeluti usaha kontraktor.
Yang
Sex & City; Jakarta Under Cover : I jelasnya,
mereka laki-laki yang punya cita rasa. Entah dalam penampilan maupun
lifestylesehari-hari, terutama dalam hal memilih pasangan kencan. Saya
sedikit sungkan berada dalam satu mobil dengan mereka. Makanya, saya
sengaja jalan duluan menuju pusat mal PN di wilayah Jakarta Selatan,
yang memang dikenal segmented untuk kalangan menengah atas. Saya
menunggu di kafe NN untuk sekedar menyantap tiramisu dan hangatnya
cappuccino.
Maria
dan Linda bersama pria kencannya tiba selang beberapa menit kemudian.
Melalui ponsel Maria mengatakan mau shopping terlebih dahulu.
Dengan
ditemani dentingan musikmusik latino, saya menghabiskan waktu menunggu
Maria dan Linda shoppingmal mencari-cari barang bermerek. Aha, cukup
lama saya menanti dengan setia. Sampai pada gelas ketiga, Maria dan
Linda akhirnya muncul juga menapaki tangga lift digandeng Rick dan Bram .
Maria dan Linda menenteng beberapa bungkusan. Alamak, saya hanya
gelenggeleng kepala. Sedikitnya ada tiga bungkusan yang ditenteng.
Masing­masing berisi sepatu merek Versace dan baju koleksi Prada. Mereka
bergabung dengan meja saya dan memesan makanan untuk dinner. Malamnya,
saya diajak bergabunguntuk menghabiskam malam di kafe OL, Jakarta Pusat.
Menikmati sajian live-music sambil makan minum sepuasnya. Ini mungkin
agenda yang entah sudah berapa dilakukan Maria dan Linda bersama
priaprianya. Bayangan layaknya sepasang kekasih yang tengah memadu
cinta, tercipta sudah. Mariadan Linda, masing-masing duduk mesra di
pangkuan Rick dan Bram. Sesekali mereka berciuman. Lama sekali. Lalu
terbahak dan menenggak minuman untuk ke sekian kali. Derai canda-tawa,
pelukan mesra sepasang merpati yang memab buaian kata-kata manis yang
menghanyutkan,semua tumpah ruah menjadi satu. Musik yang berdetak,
denting gelas yang beradu dan temaram cahaya lampu kafe seperti menjadi
saksi bisu. Dari menit ke menit, semua aktifitas itu mewarnai malam.
"Kita
mau check-in. Lu mau ikutan nggak? Gue yang tanggung deh?" Suara parau
Maria sekonyong-konyong mengagetkan saya. Malam memang telah beranjak
pagi. Pukul 03.00 WIB.
Saatnya
tamu-tamu kafe harus beranjak dari buaian tawa, wanita atau minuman.
Semua memabukkan, tanpa terkecuali. Hanya beberapa tamu saja yang
tersisa. Sebagian masih asyik mendengarkan lagu penghabisan, sebagian
lagi berbenah diri, bersiapsiap untuk angkat kaki. Maria dan Linda
bersama pasangan- nya berjalan bergandengan. Tentu saja saya tahu diri.
Tak mungkin saya mengikuti kencan mereka. Ya, urusan check-in, so pasti sifatnya private. Kumbang
jantan bertemu bunga mekar di dalam kamar, apalagi yang akan terjadi,
tentu bisa dibayangkan. Pukul 04.35 WIB saya sedang menikmati sajian
makanan lesehan khas Yogyakarta dikawasan Blok M ketika Maria lewat
ponsel menghubungi saya. Sekadar bilang terima kasih telah ditemani,
selanjutnya saya terlelap dibuai mimpi, seorang diri.
Keesokan
harinya, Maria mengajak saya minum hot-tea di kafe BS, Kebayoran Baru.
Mengendarai mobil BWM seri 5 warna silver, wajahnya tampak sumringah.
Senyum simpul selalu mengembang dari bibirnya yang disepuh lipstik
marun.
Linda
tidak ikut. Teman karib Maria itu sedang luluran di sebuah salon. "Hari
Senin, gue diajak Rick ke Belanda. Ada urusan bisnis sekalian plesir,"
ungkapnya. Pergi ke luar negeri, berarti uang. Itu sudah pasti akan
dikeruk Maria. Tidak hanya
 tu,
aneka barang-barang bermerek dan mahal, sudah pasti akan menambah
koleksi terbaru Maria. Begitu cepat kencan itu berbuah uang melimpah.
Saya hanya bisa geleng-geleng kepala.
 Di
tiap menit kencan, seorang Maria bisa membuat laki-laki seperti Rick
bertekuk lutut. Gaya mendekati laki-laki dengan memperlakukannya sebagai
'pacar' dalam waktu yang lumayan lama, bisa dua-tiga minggu bahkan
sebulan, memberi 'peluang' besar bagi Maria atau Linda untuk mengeruk
uang.
Tidak
ada patokan tarif pasti, karena mereka memang bukan 'gadis order'biasa.
Sore itu saya bertemu Maria. Dan dua hari kemudian, Maria menghubungi
saya. Tawanya terdengar empuk tiap kali mengurai cerita di telepon. Ia
bercerita tentang hari-harinya di Belanda bersama Rick. Tidur di kamar
hotel berbintang lima, menikmati hangatnya bath-up dan segala kenikmatan
duniawi yang lain. Bahagiakah Maria dan Linda dengan hidup mereka yang
serba gemerlap dan selalu tak lepas dari gonti-ganti pria berduit?
Minggu ini, Maria mendekap pria lain, sebut saja Denis, tiga minggu
berikut-nya dia sudah berada dalam pangkuan dengan Sebastian. Dan
rninggu­rninggu lainnya, dia mendekap Jack, Wil dan seterusnya. Semuanya
pria-pria berduit. Bagaimana dengan pria yang berhasil mereka 'ploroti'
hartanya? Bagi Remy dan Jose, uang sepertinya bukan masalah. Remy
misalnya, tak peduli sudah habis lebih dari Rp. 100 juta untuk seorang
Maria. Begitu juga dengan Jose. Uang sebanyak itu habis untuk
'membahagiakan' wanita kencanannya.
Dari
belanja barang-barang mahal,berlibur ke luar negeri dan untuk memenuhi
kebutuhan yang lain. "Maria malah minta dibeliin mobil baru. Kalau
sekarang masih pacaran dengan saya, pasti di rumahnya sudah ada mobil
Mercy baru," ungkap Remy. Bujangan yang tinggal di apartemen elit di
Jakarta Pusat itu, mengaku cukup menikmati hari-hari bersama Maria.
Di tengah kesibukannya menjalankan tugasnya sebagai direktur di PT AR, holding company yang berkantor di Jl. TM, dia merasa terhibur dengan kehadiran Maria. Tidak merasa ditipu begitu ditinggalkan? "Bodo amat. Yang penting sudah dapat semua. Hilang satu, ya nyari lagi," kilahnya, lepas.
Rumah
Elit. Sebagai wanita hi-class, Maria dan Linda tampaknya memang bergaya
hidup mewah. Itu bisa dilihat rumah beserta isinya yang mereka tempati.
Rumah
bernomor 18 itu terletak di Jalan TTD di kawasan Tebet Jakarta Selatan
dan terkenal sebagai kawasan kost-kostan, rumah susun, apartemen sampai
rumah kontrakan mentereng. Rumah itu berlantai satu, kiranya cukup mewah
dengan pagar tinggi dan pintu gerbang tinggi. Sebutan rumah mewah
tampaknya cukup pantas. Warna cat rumah serba biru muda.
Memasuki
halaman depan, terdapat taman mini dengan tanaman yang menghijau dan
kolam berisi ikan hias. Sebuah mobil Volvo 960 hitam dan BMW seri 5
warna silverdiparkir di garasi. "Ala, cuek saja. Anggap rumah sendiri,"
sergah Maria sambil mengajak saya masuk. Malam baru saja menunjuk pukul
19.00 WIB ketika saya duduk di ruang tamu. Sofa berwarna pink, dengan
sorot lampu kristal persis di tengah ruangan. Hiasan dinding dan lukisan
wanita dengan pigura berwarna serba keemasan tertata rapi di tubuh
tembok. Sebuah aquarium besar dengan ikan Arwana terpampang di sudut
ruangan sebelah kanan. Setelah ruang tamu, ada ruangan santai dengan
alas karpet tebal dan berbulu. Ruangan itu dibiarkan terbuka dan
dilengkapi peralatan elektronik. TV 29 inci, CD Playerdan Iain-lain.
"Nggak usah malu-malu. Santai saja, di sini aman kok," suara Linda yang
muncul dari sebuah pintu kamar mengagetkan saya. Rupanya, kamar Linda
berada dekat dengan ruangan santai. Dari lantai tangga yang berporselin
putih dengan motif bintik-bintik hitam terdengar langkah-langkah Maria.
"Kamar aku ada di atas. Mau lihat-lihat nggak?" tawarnya.
Saya mengiyakan. Kamar Maria tampak mewah.
Spring-bed
dalam ukuran besar dengan bed-cover warna biru matang bergambar bunga.
Kamar itu cukup luas, dengan perabotan lengkap. Lemari besar, meja rias,
peralatan elektronik sampai alat fitness.Pintu yang menghadap balkon
terbuat dari kaca. Begitu terkuak, tampak sebuah garden terrace mini
untuk santai. Prototype kamar Maria mengingatkan saya pada kamar-kamar
suiteyang ada di hotel. Tapi yang menarik untuk seorang laki laki adalah
beberapa foto Maria yang terpampang di dinding bercat serba krem itu.
Semua
seksi. Malah, dua diantaranya nyaris tanpa busana sehelai benang pun.
Saya terkejut untuk sesaat. Foto-foto itu dipajang dalam bungkusan frame
besar. Saya terus terang terpesona dengan rumah Maria. Itulah kesan
pertama kali ketika saya diundang makan malam. "Makanan sudah siap."
Linda muncul tiba-tiba. Gadis berambut panjang dan punya sex-appeal
menantang di bagian bibir itu mengenakan busana santai, sack-dresshitam
selutut. Wajahnya dipoles make-uptipis. Satu-satunya yang tampak
menonjol adalah warna lipstickmerah di bibir. Maria pamit untuk
membersihkan muka dan berganti baju. Saya ditemani Linda menunggu di
ruang makan yang letaknya persis di belakang ruang santai. Lagu-lagu hit
yang biasa diputar di beberapa kafe top Jakarta segera mengalun.
Dari classic disco, Top 40 sampai RnB. Maria menuruni anak tangga dengan mengenakan sandal santai.
Gadis
berdada ekstra besar dengan rambut sedikit ikal itu mengenakan terusan
hitam, tali satu. Hidangan serba laut dengan sebotol winesiap santap di
meja. Malam terantuk di pukul 20.25 WIB ketika saya menyelesaikan
dessert berupa pancake,paduan ice-cream,pisang dan keju.
Untuk model sekelas Maria dan Linda, rumah dengan peralatan lengkap itu cukup mengherankan saya. Bagaimana tidak?  Rumah
mewah, perabotan wah dan mobilmobil bermerek. Dari mana mereka
mendapatkan uang untuk membeli itu semua? Pertanyaan-pertanyaan itu
membuat saya penasaran. Kunjungan saya akhirnya berlanjut cukup rutin.
Bahkan, saya sering diajak jalan bareng Maria dan Linda. Sekedar jalan
ke kafe, mal atau menghadiri acara-acara tertentu. Tak kurang dari dua
bulan, saya terlibat akrab dengan Maria dan Linda. "Hidup ini semu."
Begitu kata Maria ketika saya ngobrol di rumah mewahnya. Semua itu
disebakan satu hal: dia merasa tak pernah tahu bagaimana kebahagiaan
sejati.
Pria
yang pernah membuatnya jatuh cinta, telah menelantarkannya dan mem-buat
hidupnya tersia-sia. Itu jualah yang membuatnya menjadi sosok yang
akhirnya easy going dan enjoy dalam hidup.
Dia tak lagi begitu peduli akan kemana dia membawa hidupnya. Ketika
berkencan dengan pria pilihannya, dia tampak begitu tegar dan percaya
diri. Tapi sebenarnya, dia juga wanita biasa yang butuh kasih sayang dan
cinta. Hanya saja, dia tak tahu kapan mesti mengakhiri dunia 'wanita
hi-class' yang disandangnya. Karena saat ini, ia belum siap meninggalkan
gemerlap hidup metropolis yang semua serba berbau materialistik. Uang
dan laki­laki! Itulah hari-hari yang dilakoni seorang Maria sampai saat
ini. Entah nanti! "Sekarang, nikmati dulu aja yang ada, saya sudah capek
mikirin hidup.
Happy sajalah," tukasnya sambil menghirup nafas dalam-dalam. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar