Rabu, 30 April 2014

'Obral' pelacur lokal di Legian / Pelacur lokal di Legian lebih suka dikencani bule

Pelacur lokal di Legian lebih suka dikencani bule

MERDEKA.COM. Bali menjadi surga para pelancong baik lokal maupun mancanegara. Pantai dan keindahan alam Bali yang eksotik memiliki daya tarik tersendiri.

Saban pagi hingga sore menjelang, pelancong bule mulai berjemur di Pantai Kuta. Mereka hanya mengenakan celana dalam dan kutang. Ada juga yang tidur berjemur tanpa menggunakan bra dengan posisi tengkurap. Aktivitas seperti itu sudah biasa di Bali.

Namun di balik sisi Eksotiknya, Bali juga menyimpan masalah sosial. Sejak menjamurnya para pelancong, prostitusi juga mulai menjamur di tempat ini. Seperti misalnya daerah Nusa Dua, di sana para pemburu birahi dimanjakan wanita lokal dalam akuarium.

Pelacur-pelacur asal Indonesia itu menjadi buruan para pelancong bule maupun Timur Tengah. Satu jam tarifnya bermacam-macam. Mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.

"Kalau di Nusa dua Rp 500 ribu," kata Lana, 30 tahun sopir taksi merangkap calo pelacur di Legian saat berbincang dengan merdeka.com, Senin dini hari lalu.

Lana lantas menawarkan pelacur lokal di Legian. Tarifnya Rp 400 ribu satu jam atau sekali kencan. Dia menjamin pelacur dagangannya belum pernah ditiduri oleh turis bule. Usianya pelacur tersebut 20 sampai 22 tahun.

"Saya nggak ambil disini, ada nggak jauh dari sini hanya 10 menit. Tinggal pilih dalam mobil, kalau nggak cocok tidak apa-apa," ujarnya menawarkan.

Lana mengakui jika di pelacur di kawasan Legian memang tidak cocok bagi orang Indonesia. Selain bekas ditiduri turis bule, pelacur lokal itu juga jarang berminat dengan orang Indonesia. Alasannya masuk akal, orang Indonesia beda ukuran dengan orang bule.

Selain Lana, Gede, 50 tahun juga merupakan calo pelacur lokal di legian. Dia mangkal untuk menjual jasa ojek tidak jauh dari Padies Pup. Sampingannya menjadi calo pelacur lokal. Bagi Gede, dia tidak memungkiri jika pelacur lokal di Legian memang sudah tidak lagi seorsinil aslinya.

"Kalau disini memang semuanya bekas Bule," kata dia.

Omongan Lana dan Gede memang bukan isapan jempol jika kebanyakan pelacur lokal lebih doyan dengan bule. Selain berkantong tebal, 'milik' mereka juga diyakini besar. Seperti penelusuran merdeka.com di Legian. Lima orang pelacur sejak pukul 12.00 WITA berdiri di samping tembok dekat sebuah kelab. Mereka menanti bule keluar dari kelab itu. Dengan senyum manis dan pakaian serba seksi, mereka merayu setiap Bule lelaki melintas.

Selain menawarkan diri, pelacur itu juga dijajakan oleh calo di sepanjang Legian. Wina, salah satu pelacur menawarkan jasa menjualkan diri selama satu jam Rp 500 ribu. Dia ogah untuk menurunkan harga, meski beberapa bule memintanya Rp 400 ribu untuk sekali kencan.

"Rp 500 mau nggak," katanya saat dirayu.
Sumber: Merdeka.com





'Obral' pelacur lokal di Legian

MERDEKA.COM. Malam kian larut di Jalan Legian, Kuta, Bali. Namun aktivitas di sini terus berdenyut hingga pukul empat dini hari. Makin malam, suasana semakin liar. Pelancong luar negeri dari berbagai negara seliweran di Legian. Tak terkecuali pelancong lokal dan Asia. Mereka mencari kesenangan, atau sekedar minum alkohol di Bar yang ada hingga dalam gang di kawasan Legian hingga pantai Kuta.

Dibalik dentuman musik malam kawasan Legian, banyak pelacur lokal menjajakan diri. Tidak hanya pelacur yang terang-terangan mangkal, sopir taksi dan tukang ojek bisa menyediakan pelacur lokal. "Cewek om," kata Lana, 30 tahun seorang sopir taksi saat menawari merdeka.com.

Lana mematok tarif tidur dengan pelacur asal Bali Rp 400 ribu. Tarif itu sudah sekaligus kamar selama 1 jam. "Rp 400 ribu 1 jam, dijamin cantik-cantik," ujarnya setengah memaksa. Selain pelacur, Lana juga menawarkan Ekstasi untuk pesta di Club. Satu butir dia menawarkan seharga Rp 500 ribu.

Begitu pekerjaan sambilan sopir taksi dan tukang ojek di kawasan Jalan Legian. Mulai dari Ujung jalan hingga masuk di kawasan Legian, hampir semua tukang ojek menawarkan wanita.
Awalnya hanya menawarkan jasa angkutan, jika tidak di respons, jual pelacur akan terlontar dari bibirnya. "Nyari cewek? Ayo ada nih," teriak tukang ojek di ujung Jalan Legian.

Made, 50 tahun, tukang ojek asal Karang Asem menawarkan untuk tidur dengan pelacur lokal. Harganya lebih murah dibanding dengan Lana, dia mematok untuk tidur sejam dengan pelacur lokal Rp 350 ribu. Made boleh dibilang tipikal memaksa, dia terus mengejar untuk menawarkan pelacur dagangannya.

"Ada kalo mau yang lokal, tapi tidak disini," kata Made. Dia lantas menyuruh merdeka.com naik sepeda motornya. Tidak berselang lama, dia langsung menancap kuda besinya menuju ke kawasan perbatasan daerah Seminyak.

Waktu tempuh dengan sepeda motor ke kawasan seminyak sekitar sepuluh menit. Memutari Kawasan Legian dengan melewati gang hingga ujung Jalan Legian. Disana, pelacur dagangan Made berkumpul di sebuah losmen. Ada tiga kamar di losmen itu. Seorang pria berbadan tegap dan sangar menunggu di pintu masuk losmen. Sedangkan satu pria lagi menunggu di pinggir jalan untuk memastikan pelacur masih tersedia.

"Ada," kata pria itu kepada Made. Dia lantas mengantarkan masuk ke dalam losmen. Disana ada tiga pelacur duduk di bangku depan kamar. Mereka merokok sambil memainkan seluler. "Ayo mas," kata wanita berambut lurus dengan kulit kuning langsat menawarkan layanan ranjangnya kepada merdeka.com.

Selain di Losmen itu, Made punya chanel lain pelacur dagangannya. Selepas dari Losmen, Made mengantarkan ke sebuah minimarket di Jalan Dewi Sri. Disana sebuah mobil Toyota Avanza Silver terparkir. Di dalamnya ada tujuh pelacur menunggu untuk diajak tidur. Semuanya kata Made wanita lokal asal Bali. Sebelum sampai kesana, Made menjamin pelacurnya cantik dan montok. Dia juga menjamin, belum pernah ditiduri oleh bule.

Made lantas memberikan kode kepada pria di depan minimarket. Dengan oboral singkat memakai bahasa Bali, pria itu menunjuk ke mobil Avanza.

"Nih mas, katanya dia mau kencan sama cowok ganteng kaya mas," kata wanita di dalam mobil sambil menujuk temannya yang kebetulan duduk dibangku paling depan.

Omongan Made ternyata bohong. Pelacur di dalam Avanza itu sedang ditawar oleh Bule. Kebetulan saat itu seorang bule lelaki paruh baya sedang bernegosiasi untuk tidur dengan pelacur. Dia diantarkan oleh dua tukang ojek. Saat ada kesepakatan harga, pelacur bewajah cantik dengan tubuh aduhai itu lantas dibawa oleh bule itu menuju ke arah Jimbaran.
Sumber: Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar