
TERKAIT:
Kebiadaban Israel yang tak terbendung berefek domino ke negara-negera di seluruh dunia. Salah satunya yang merasakan dampaknya adalah, Menteri Luar Negeri Inggris, Sayeeda Warsi. Menteri perempuan muslim pertama di Inggris ini, Selasa (5/8) memilih mundur dari kabinet. Dia kecewa dengan kebijakan pemerintahnya soal agresi Israel ke Jalur Gaza.
Dilansir BBC, Selasa (6/8), Warsi menulis dalam akun Twitternya, "Dengan sangat menyesal pagi ini saya mengajukan surat pengunduran diri kepada perdana menteri. Saya tidak bisa lagi menyokong kebijakan pemerintah soal #Gaza."
Warsi adalah menteri perempuan muslim pertama sepanjang sejarah kabinet Inggris. Perdana Menteri David Cameron menunjuk mantan pemimpin Partai Konservatif ini saat dia menjabat empat tahun lalu.
Dalam surat mundurnya, perempuan berdarah Pakistan ini menegaskan kebijakan Inggris membela Israel secara moral tidak bisa dibela. Hal ini juga bertentangan dengan kepentingan Inggris dan memiliki akibat buruk bagi reputasi Inggris secara internasional dan di dalam negeri.
Dia mengakui keputusan ini tidak mudah namun dia menyatakan tidak suka dengan sejumlah kebijakan Inggris terhadap pembantaian tengah berlangsung di Gaza. Dalam berbagai kesempatan, Warsi menyerukan agar serangan Israel segera dihentikan.
Wakil Perdana Menteri Nick Clegg mengungkapkan bukan rahasia lagi jika ada perbedaan pendapat sangat tajam dalam pemerintahan soal Gaza. Dia menambahkan Warsi termasuk yang menentang keras kebijakan negara Tiga Singa itu menyikapi agresi Israel kali ini.
Terpisah, demi mendukung kelancaran gencatan senjata selama 72 jam, Israel dikabarkan menarik seluruh pasukannya dari Gaza. Penarikan ini merupakan penarikan kedua setelah sebelumnya Israel menarik mundur setengah pasukannya dari Gaza.
Melansir Al Arabiya, Selasa (5/8), gencatan senjata kemanusiaan 72 jam kedua antara Hamas dan Israel diharapkan dapat bertahan hingga selesai. Beberapa pihak berpendapat, gencatan senjata ini bisa memberikan kesempatan kepada dunia internasional untuk menyalurkan bantuan ke Gaza.
Namun, militer Israel menyatakan, pihaknya tetap mempertahankan pasukannya di sekitar wilayah perbatasan. Militer Israel beralasan, penempatan pasukannya hanya sebatas ancang-ancang, jika Hamas melakukan tindakan ofensif di tengah gencatan senjata.
"Pasukan Pertahanan Israel akan didistribusikan dalam posisi defensif di luar Jalur Gaza dan kami akan tetap mempertahankan mereka dalam posisi defensif selama masa gencatan senjata," ungkap juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner. n bs
Dilansir BBC, Selasa (6/8), Warsi menulis dalam akun Twitternya, "Dengan sangat menyesal pagi ini saya mengajukan surat pengunduran diri kepada perdana menteri. Saya tidak bisa lagi menyokong kebijakan pemerintah soal #Gaza."
Warsi adalah menteri perempuan muslim pertama sepanjang sejarah kabinet Inggris. Perdana Menteri David Cameron menunjuk mantan pemimpin Partai Konservatif ini saat dia menjabat empat tahun lalu.
Dalam surat mundurnya, perempuan berdarah Pakistan ini menegaskan kebijakan Inggris membela Israel secara moral tidak bisa dibela. Hal ini juga bertentangan dengan kepentingan Inggris dan memiliki akibat buruk bagi reputasi Inggris secara internasional dan di dalam negeri.
Dia mengakui keputusan ini tidak mudah namun dia menyatakan tidak suka dengan sejumlah kebijakan Inggris terhadap pembantaian tengah berlangsung di Gaza. Dalam berbagai kesempatan, Warsi menyerukan agar serangan Israel segera dihentikan.
Wakil Perdana Menteri Nick Clegg mengungkapkan bukan rahasia lagi jika ada perbedaan pendapat sangat tajam dalam pemerintahan soal Gaza. Dia menambahkan Warsi termasuk yang menentang keras kebijakan negara Tiga Singa itu menyikapi agresi Israel kali ini.
Terpisah, demi mendukung kelancaran gencatan senjata selama 72 jam, Israel dikabarkan menarik seluruh pasukannya dari Gaza. Penarikan ini merupakan penarikan kedua setelah sebelumnya Israel menarik mundur setengah pasukannya dari Gaza.
Melansir Al Arabiya, Selasa (5/8), gencatan senjata kemanusiaan 72 jam kedua antara Hamas dan Israel diharapkan dapat bertahan hingga selesai. Beberapa pihak berpendapat, gencatan senjata ini bisa memberikan kesempatan kepada dunia internasional untuk menyalurkan bantuan ke Gaza.
Namun, militer Israel menyatakan, pihaknya tetap mempertahankan pasukannya di sekitar wilayah perbatasan. Militer Israel beralasan, penempatan pasukannya hanya sebatas ancang-ancang, jika Hamas melakukan tindakan ofensif di tengah gencatan senjata.
"Pasukan Pertahanan Israel akan didistribusikan dalam posisi defensif di luar Jalur Gaza dan kami akan tetap mempertahankan mereka dalam posisi defensif selama masa gencatan senjata," ungkap juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Peter Lerner. n bs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar